Bukannya aku mudah menyerah, tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu tapi tak selamanya
-Raisa Usai Di sini_
Bus membawaku dalam perjalanan pulang dan menghempaskan perasaanku yang kosong. Setelah membuka ponsel dengan rasa yang tak karuan lalu, kuputuskan untuk memejamkan mata. Aku tahu, dalam mimpi diri ini masih berharap membawa dia masuk ke sana dan menginginkan bisa berjumpa dengannya. Namun, kenyataan, dalam mimpi pun, Tuhan tak mengizinkannya dan tidak memberi ruang kepadaku berkhayal terlalu jauh lagi.
Dada rasanya sesak, mengingat dekat sekali jarakku dengannya saat itu. Bahkan, saat ojek online mengantarkan barang untuknya ke tempat penginapan dia berada, aku seperti terbawa bersama di sana. Namun itu hanya ilusi.
Lagu Raisa terdengar sesak di dada, berkali-kali aku mencoba untuk mengingatkan diriku dan menyadarkannya bahwa, Tak ada lagi yang perlu diperjuangkan karena pada akhirnya kelelahan membawaku pada kenyataannya sesungguhnya, Dia tak mencintaiku. Dan, aku sadar akan hal itu.
Selamat tinggal kamu yang pernah menjadi bagian kisah dalam hidupku. Dengan berakhirnya kisah kita, maka kumulai perjalanan baru dengan seseorang yang menerimaku dan mencintaiku selayaknya aku mencintainya, menerimaku seperti aku menerimanya. Cinta tidak butuh pertanyaan, mengapa dan bagaimana? Tapi, cinta butuh pernyataan yang meyakinkan dan jawaban tanpa tanda tanya.