Bagi laki-laki itu, pagi adalah penentu nasib. Gerbang yang memberinya gambaran: bakal lanjut atau berakhir.
Pertama-tama, segalanya berlangsung dalam roda rutinitas biasa. Dimulai dari sinar matahari yang datang mengetuk kelopak matanya untuk membuka. Kedatangan hangat yang tiba-tiba selalu membuatnya menggeliat tak nyaman. Sekalipun ini rutinitas harian yang tak pernah hengkang dari paginya, cahaya yang menyambar pandangan selalu terasa baru; selalu mendadak. Butuh waktu cukup lama untuk matanya berakomodasi, juga untuk dirinya menempatkan diri dalam situasi.