Hari Pertama Puasa, 5 Kenangan Paling Dirindukan di Masa Kecil — Bulan Ramadhan atau bulan puasa merupakan bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim sedunia.
Kedatangan bulan ini selalu disambut dengan sukacita, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.
Aku jadi ingat bagaimana euforia menyambut bulan puasa saat aku masih kecil dulu. Kira-kira waktu aku masih menduduki bangku sekolah SD.
Hadirnya bulan puasa artinya kegembiraan bagi aku dan teman-teman sebaya yang lain.
Dulu sih, kami belum aware yang namanya amalan ibadah ini itu di bulan puasa.
Yang kami tahu, bulan puasa berarti akan ada banyak pedagang makanan buka puasa di sekitar rumah, sholat tarawih tiap malam yang berarti bisa jadi ajang kumpul dengan teman-teman, hingga main petasan. Duh!
Ada beberapa hal yang aku rindukan dari bulan puasa semasa kecil, yang tidak aku temukan lagi saat sudah dewasa.
Lima hal ini seperti kenangan manis yang akan terus tertoreh dalam memoriku.
Bagi anak 90-an, tentu tidak asing dengan Buku Kegiatan Ramdhan, buku yang biasanya selalu dibagikan menjelang bulan puasa.
Maklum, saat itu anak sekolah diliburkan full selama bulan ramadhan.
Jadilah Buku Kegaiatan Ramadhan ini seperti cara guru—terutama Guru Agama—untuk memantau kegiatan siswanya selama libur bulan puasa.
Diharapkan, dengan adanya buku ini, para siswa jadi lebih termotivasi dan disiplin menjalankan ibadah selama bulan ramadhan.
Buku ini juga bisa dibilang ibarat PR yang biasa diberikan pada siswa yang akan libur panjang.
Keseruan mengisi buku ini benar-benar tidak terlupakan. Setiap anak pada masa itu mengantri untuk minta tandatangan imam selepas sholat tarawih.
Tidak peduli mereka ikut sholat tarawih sampai selesai atau tidak, yang penting kolom tandatangan bisa terisi, hehe.
Selain sholat tarawih, pada buku itu juga ada lembaran laporan ibadah puasa, sholat 5 waktu, hingga ceramah agama yang harus diisi setiap harinya.
Entah kegiatan ini dilakukan juga oleh anak-anak di daerah lain, tapi di daerah tempat tinggalku di Jakarta Barat, oalahraga atau jalan pagi setelah sholat subuh seperti suatu tradisi yang tidak boleh dilewatkan.
Jadi beberapa anak (biasanya se-geng) akan janjian untuk jalan pagi setelah sholat subuh.
Tujuan jalan paginya yaitu menuju ke lapangan atau arena oleahraga yang agak jauh dengan berjalan kaki.
Meski di Jakarta, waktu itu kondisi saat subuh masih sangat gelap, tidak seperti sekarang. Jadi seperti ajang uji bagi anak-anak untuk jalan-jalan sebelum fajar menyingsing.
Nah, di momen itu juga sering dimanfaatkan orang iseng untuk menyalakan petasan demi kepuasan melihat reaksi kekagetan orang-orang yang lewat untuk jalan pagi.
Sebagai orang yang takut dengan petasan, aku kadang sebel juga kalau lagi enak-enak jalan, di badan jalan melihat ada asap-asap yang menandakan sebuah petasan akan meledak.
Aku dan teman-teman biasanya langsung lari terbirit-birit menghindari, atau berhenti sejenak dulu menunggu petasan meledak.
Bahaya juga kalau ledakannya kena badan.
Tidak jarang kami terkaget-kaget mendengar suara petasan yang entah di mana terdengar karena saking besarnya daya ledakannya.
Anehnya, meski ancaman petasan bertebaran di sepanjang jalan, kami tidak pernah kapok untuk melakukan tradisi ini.
Sebelum berbuka di hari pertama biasanya sudah banyak penjaja jajajan buka puasa yang bertebaran di sekitar lingkungan rumahku.
Saking banyaknya kadang kondisi jalanan menjadi sangat padat dan sesak oleh orang-orang yang berburu panganan berbuka.
Aku dan teman-teman tidak mau kalah, kami kadang ngabuburit sambil mencari makanan untuk berbuka puasa.
Kebayang gak gimana sekumpulan anak SD jalan mencari jajanan buka puasa di keramaian itu? Nambah-nambahi kepadatan aja ya? Hehe.
Jajanan yang biasa dijual mungkin tidak jauh beda di daerah lain, yaitu seperti kolak, gorengan, batagor, es buah dan lainnya.
Favorit kami sih batagor yang dijual oleh abang-abang gerobak. Sampai saat ini, beliau masih jualan loh.
Sebenarnya ini dilakukan di saat sholat tarawih pertama sebelum hari pertama puasa.
Jadi, beberapa ibu di lingkungan rumahku berbondong-bondong mengantarkan makanan ke masjid untuk dibagikan ke jamaah atau warga sekitar.
Makanan yang biasa diberi bervariasi seperti ketupat dan gulai, rendang, kolak hingga jajanan pasar.
Setelah itu, makanan akan dibagi lagi ke dalam besek-besek kecil sebelum dibagikan ke warga.
Biasanya aku dan teman-teman ikut ngantri di Masjid supaya kebagian jatah juga.
Di akhir di hari pertama puasa, sholat tarawih mejadi momen yang paling ditunggu-tunggu.
Bagaimana tidak, di saat ini lah hampir semua anak di lingkungan kami hadir ke masjid untuk sholat tarawih.
Sebut saja jadi ajang silaturrahim oleh bocah-bocah pada saat itu.
Tidak jarang, sebelum sholat tarawih kami bisa saling berbagi informasi tentang siapa saja anak lain yang kami jumpai.
Seperti namanya siapa, sekolah di mana, atau sekedar ungkapan “wah, ganteng juga ya dia” haha.
Biasanya di awal tarawih, saf sholat masih terisi penuh, bahkan sampai digelar tikar di luar masjid.
Nah, biasanya anak-anak malah lebih suka sholat di luar. Alasannya jelas: supaya bisa lebih leluasa bercanda dengan anak lainnya, hehe.
Duh, nulis cerita ini jadi kangen masa-masa indah bulan ramadhan semasa kecil.
Setelah dewasa memang tetap gembira menyambut ramadhan, tapi tentu keseruannya sudah jauh berbeda.
Pun demikian, saaat dewasa ini aku juga jadi lebih sadar sih kalau bulan puasa itu bukan sekedar untuk seru-seruan, tapi bulan ini tuh merupakan bulan penuh berkah, yang sayang untuk dilewatkan tanpa ibadah.
Kamu suka kangen juga gak nih?
Selamat menyambut bulan Ramadhan 2022 ya temans! 🙂