Jarak sekolahnya cuman beberapa meter dari tempat tinggal kami, jadi bisa dibilang kegiatan anjem anak tuh cuman sekelabat aja, hahaha.
Nantilah ketika anak-anak bersekolah di Surabaya, seketika saya menjadi ibu-ibu anjem anak setiap hari, bahkan di awal anak-anak masuk sekolah, saya yang anjem keduanya.
Jadi, pukul 6 pagi saya anter si Kakak ke sekolahnya naik motor. Setelah itu saya pulang siapin si Adik untuk berangkat sekolah.
Pukul 8.30an saya antar si Adik ke sekolahnya, lalu pulang dan nunggu di rumah eyangnya aja. Pukul 12 siang, saja jemput si Adik dan pulang, ajak makan siang dulu. Dan di pukul 2.15 sore, saya balik lagi ke sekolah si Kakak buat jemput dia.
Udah lah, berasa licin tuh jalanan daya lewati bolak balik setiap Senin – Jumat, meskipun ketika itu jarak sekolah ke tempat tinggal kami nggak terlalu jauh sih ya.
Karena satu dan lain hal, kami akhirnya nggak tinggal lagi di rumah eyangnya. Pindahlah kami ke tempat tinggal yang lumayan berjarak dari sekolah anak-anak.
Yang semula hanya berjarak 1,5 KM menjadi 3,5 KM.
Karena tidak memungkinkan, jadinya si Kakak berangkat sekolah sendiri naik ojek online atau semacamnya. Sementara saya tetap antar jemput si Adik ke sekolah naik motor.
Over all, semua lancar-lancar saja sih, tentunya semuanya penuh dengan persiapan juga ya, untuk meminimalisir keterlambatan anak sampai di sekolahnya.
Tapi sejauh ini, semuanya tetap menyenangkan, dan manfaat antar jemput anak sekolah pun, bisa saya rasakan.
Selengkapnya di blog parentingbyrey.com tentang ibu antar jemput anak sekolah