Tunjangan Hari Raya (THR) ternyata berdampak lebih besar dari hari raya itu sendiri. Ingat suatu masa di mana saya masih kecil, yang saya inginkan dari berkunjung ke rumah sanak-saudara adalah THR. Entah tradisi memberi THR ini mulai tahun berapa, yang jelas pada usia SD saya sangat menyukai kalau mendapatkan THR.
Apa kamu tidak suka kalau dikasih THR? Oh, tentu suka banget ya. Lah, walaupun nilainya kecil, uang itu bisa saya gunakan untuk jajan. Ah, sedangkal itu pikiran saya waktu bocah ya. Namun, yang saya ingat, walaupun saya sangat menyukai pemberian THR dari keluarga, saya tidak pernah diajarkan untuk menagih THR dari seseorang. Ya, dikasih syukur dan saya tidak akan kecewa bila tidak diberi. Jangan pernah ajari anakmu meminta THR ya karena itu adalah kebiasaan buruk.
Kedua orang tua mengajarkan untuk tidak meminta THR atau sesuatu kepada orang lain. Sebelun berkunjung ke rumah sanak keluarga, saya dan saudara lain akan diberi uang dari ayah. Nah, uang itulah yang akan menjadi teman perjalanan kami. Ternyata, saya baru tahu setelah dewasa bahwa ayah melakukan hal itu agar saya dan saudara tidak meminta.
Perlu nggak sih pemberian THR itu? Bagi saya, THR itu hanya pelengkap ya dan penyemarak suasana karena jumlah yang diberikan pun tidak akan besar. Seperti saudara saya, THR yang didapat tanpa diminta itu akan disimpannya dalam tabungan. Berbeda dengan saya yang hanya menyelipkannya di antara buku-buku. Dengan harapan, suatu saat uang itu akan mudah diambil.😄
Hak orang untuk memberikan THR. Sebenarnya tujuan pemberian THR ini seperti hadiah. Dengan memberi hadiah, maka kita akan bertambah sayang kepada si pemberi. Benar kan? Seperti itulah yang kurasakan saat diberi THR.
Namun, pemberian THR itu bisa bernilai ibadah loh. Beginilah cara agar THR tetap bernilai ibadah. Pertama, niatkan di dalam diri bahwa dengan mengeluarkan THR sebenarnya kita telah bersedekah. Jadi, jangan pernah meminta imbalan.
Kedua, THR itu bertujuan untuk menjalin kedekatan dengan para sanak keluarga. Jadi, kita bisa menyiasati dengan memberi dulu kepada keluarga dekat.
Ketiga, ajarkan kepada si penerima untuk tidak meminta-minta THR. Jika diberi, maka ambillah sedikit. Jika kita meminta, maka samakah kita dengan seorang pengemis? Tentu saja tidak enak kan disebut pengemis?
Keempat, iringi pemberian THR itu dengan berdoa di dalam diri
agar terhindar dari sakit hati ‘ria’ karena dengan adanya sifat ini, seluruh amal ibadah akan sia-sia saja.
Kamu juga bisa menggunakan THR itu untuk orang yang membutuhkan loh, seperti para fakir dan miskin yang ada di sekitarmu. Saya pikir, mereka lebih berhak menerima THR-mu. Dengan THR itu mereka bisa memenuhi kebutuhan harian.
Yang terpenting, kamu bisa menggunakan THR yang diberikan kepadamu itu dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai setelah lebaran, kamu tidak mempunyai uang simpanan. Kan yang rugi dirimu sendiri.