FYI, sejak SMP si kakak emang rutin bawa bekal makan siang yang disiapin maminya ini. Biar kata maminya kudu bangun lebih pagi demi memasak bekalnya, lalu ujung-ujungnya bekal si Kakak juga, ya itu-itu saja, hahaha.
Kalau bukan ayam goreng, telur goreng, nasi goreng, mie goreng, kadang-kadang juga spagheti ala MamiRey.
Namun, siapa sangka? bekal si Kakak yang jauh dari kata estetik itu, apalagi beragam itu. Cuman 3 macam itu doang, nasi plus lauk plus sayur. Ternyata menggoda juga bagi beberapa temannya.
Terlebih, saya nggak tahu sih alasannya apa, tapi memang ada beberapa anak yang nggak bawa bekal makan siang, plus juga nggak dikasih uang jajan yang cukup.
Kasian juga sih sebenarnya, anak-anak tuh masuk pukul 06.30 dan pulang pukul 14.15. Kadang lebih sore ketika ada ekstra kurikuler atau pramuka.
Kan kasian kalau anak-anak harus menahan lapar sesiang itu. Terlebih kalau enggak dikasih uang jajan kan ye.
Akan tetapi, se kasian nya saya sama anaknya orang, jujur saya juga nggak sanggup kalau setiap hari kudu urus anaknya orang juga. Orang ngurus anak sendiri aja udah mau nangis, eh kadang udah nangis sih, hehehe.
Jadi, amannya sih mari kita ngurus anak kita masing-masing kan ye, karena setiap parents punya struggle-nya masing-masing.
Nah, masalahnya adalah, si Kakak ini mengeluhnya hampir setiap hari, dan makin intens aja. Ujung-ujungnya ketambahan uang jajannya juga diminta.
Awalnya, saya pikir si Kakak ini nggak bisa nolak, tapi nggak nyaman berbagi juga. Ya persis maminya deh, hahaha.
Jadi, saya nasihatin pelan-pelan, bahwa nggak masalah kok kakak Darrell nolak kalau memang nggak nyaman. Atau kalau memang sulit nolak langsung, coba tunjukin sikap tidak bersahabat, biar temannya peka.
Namun, mengejutkan.
Suatu hari si Kakak mengeluh, bahwa temannya yang suka minta makanan maupun uang jajannya itu, bahkan makin berani dengan kesan memaksa. Di mana dia meminta makanan dan uang jajan, dengan ancaman kalau nggak dikasih, bakal dikeluarkan dari grup pramuka.