fbpx

Keliling Bali Mencari Jati Diri

24 April, 2022

Quitting is also an option

a hard difficult yet complicated option

Ketika mengambil keputusan untuk bercerai di tahun 2012 usia saya 23 tahun

Saya tahu betul perceraian bukanlah prestasi

Saya juga paham bahwa efek dari perceraian itu tidak hanya akan berdampak pada saya, tapi juga pada orang – orang di sekeliling saya

Pada mantan suami saya

Pada keluarganya

Pada anak kami

Pada keluarga saya

Ada banyak sekali tekanan yang saya terima di waktu itu

Semua kesalahan ditumpukan kepada saya

Jahat

Bodoh

Egois

Tidak ada satu orang pun yang memahami apa dan mengapa sebenarnya saya mengambil keputusan itu

Tidak ada yang memahami tentang suara dalam diri yang muncul ketika kita mencapai titik puncak dari emosi kita

Titik puncak ketika kita tidak lagi bisa menerima dan mentoleransi suatu hal tertentu yang terjadi dalam diri kita

Saya tidak mengatakan bahwa mantan suami saya tidak baik

Tidak

Tidak lagi

Kami berdua sama baiknya

Kami berdua sama buruknya

Pada akhirnya saya sadari semua memang harus terjadi

Apapun pilihan yang saya ambil, semuanya pasti akan memberikan saya pelajaran demi pelajaran

Kalaupun saya bertahan dalam pernikahan dan hidup seperti layaknya orang lainnya, sama saja – pasti akan ada pelajaran juga yang menyertai

Dan di tahun itu, 2012

Di tengah begitu banyak tudingan yang saya terima atas keputusan saya, saya menepi

Menyepi

Menghabiskan waktu dengan diri saya

Mencetuskan ide untuk pergi keliling Pulau Bali

Karena saya begitu yakin, perjalanan itu akan menyembuhkan saya

Kuliah saya sudah selesai di waktu itu,

Saya sudah wisuda

Hanya saja belum bekerja

Dari Denpasar saya naik motor ke arah Uluwatu

Sinar mentari cerah

Hamparan padang ilalang gersang

Deburan ombak di pantai tak bernama

Saya memulai dari tempat yang dekat

Di sekitar saya

Tidak perlu tempat jauh, meski sebenarnya saya begitu ingin mengikuti jejak Liz Gilbert (Eat, Pray, Love)

Tapi saya bukanlah dia

Saya adalah diri saya

Perjalanan ini adalah usaha saya untuk menyembuhkan jiwa pasca mengambil keputusan besar dalam hidup

Keputusan yang pasti akan membayangi langkah saya ke depannya

Kala itu yang saya pikirkan hanyalah berlari sejauh mungkin, menangis sekeras mungkin, memeluk diri seerat mungkin

Di tempat yang jauh

Di tempat yang asing

Di tempat yang tidak ada satu orang pun mengenali saya

Tanpa saya sadari, sebenarnya itu adalah sebuah langkah kecil berdampak besar

Sebuah langkah untuk menterapi pikiran, tubuh dan jiwa saya

Mata saya sembab

Berdiri di puncak tebing Pantai Tegal Wangi diterpa anginnya yang lengket dan lembab

Deburan ombak itu, seakan mengundang saya untuk melompat ke bawah – begitu saja

Ayo, tunggu apa lagi?

Melompat saja!

Bukankah kamu ingin sembunyi?

Sejenak saya terhanyut

Dibuai oleh alunan suara alam

Namun segera terhenyak

Tergambar tawa riang anak saya

Teringat tangisannya yang menggelegar

Apa yang saya lakukan ?

Saya melangkah mundur

Lalu duduk di bawah pohon, di atas dataran yang lapang

Tidak ada seorang pun disana

Hanya saya dan suara di kepala

Mengapa kamu melakukan ini?

Mengapa kamu bercerai?

Tanya suara itu

Saya menjawab,

Because I want to be my own person – saya ingin menjadi diri yang hanya untuk saya sendiri

I want to have a better, healthier and more rewarding life – saya ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, lebih sehat dan lebih bermanfaat bagi diri saya

Menikah tidaklah mampu menjawab semua pertanyaan dan kebutuhan dalam hidup saya

Hidup versi dunia saya

Saya paham orang – orang hanya akan melihat dari sisi buruk

Tak ada yang benar – benar memahami apa yang sedang saya pikirkan

Apa yang sedang saya rasakan

Mereka hanya berfokus pada saya yang meninggalkan anak

Padahal saya tidak akan pernah berhenti menjadi Ibu dari anak saya hanya karena saya bercerai

Perceraian hanya antara saya dan suami saja

Kami, sudah tidak lagi menjalani hidup sebagai suami istri

Tapi kami masih amat bisa untuk mengubah hubungan itu menjadi apapun yang bahkan lebih baik

Ide gila

Siapa yang setuju?

Saya tertawa

Menertawai diri yang rasanya do not belong to this planet

Mungkin saya makhluk luar angkasa?

Ah saya jadi mengantuk

Saya lanjutkan memacu motor

Helm saya lepaskan

Tas ransel besar namun ringan setia berada di punggung

Saya menuju Ungasan dan terpesona dengan pantainya yang hijau kebiruan

Menyapa hangat

Memaksa saya untuk kembali ke masa kini

Sudah, tak usah lama membiarkan diri direngkuh masa lalu

Semua sudah berlalu

Jadilah pemberani

Terima tiap konsekuensi dari hasil perbuatan

Jalan hidupmu

Relung tajam tanpa batas

Mengapa kamu menangis?

Adakah kamu dilahirkan untuk menjadi sepengecut ini?

Keputusan sudah diambil

Yang sudah terjadi ya sudah

Ketahuilah apa yang kamu inginkan

Lalu berfokus hanya pada dirimu

Pada batinmu

Pada jiwamu

Saya duduk di atas pasir lembut yang basah

Menatap sekeliling, lagi – lagi sepi

Saya mau kemana?

Matahari masih tinggi

Rumah saya jauh dari tempat ini

Mengapa memikirkan rumah?

Rumah bukanlah tujuan saya di akhir hari

Lagi saya memacu motor

Membiarkan air mata jatuh berhamburan

Saya gagal

Saya gagal

Saya gagal

Hanya itu

Waterblow, Nusa Dua

dengan semburan ombak yang membasahi kepala

Berharap dengan itu mood akan berubah menjadi lebih baik

Disini lebih ramai

Lebih banyak orang

Saya berharap jangan sampai ada orang yang mengenali

Berjalan menyusuri trotoar

Berusaha tersenyum

Berusaha tegar

Cuaca masih panas dan saya kembali menuju taman

Semakin banyak orang

Saya tidak suka disini

Terlalu ramai

Saya kembali ke Uluwatu

Hari mulai sore, saya berhenti di pinggir jalan

Hujan

Saya mau tidur dimana?

Ada homestay

Tanpa pikir panjang saya masuk ke jalan terusan

Penuh semak

Tersembunyi

Melangkah kaki dan membayar sewa semalam

Saya mandi

Berharap akan mengundang kantuk

Saya lelah

Meski hanya melamun seharian itu

Namun ternyata energi habis

Keesokan harinya saya bangun

Dihampiri dua orang pemilik homestay

Bercakap dan berbincang

Dan memang semesta fana ini akan selalu menghadirkan pengalaman yang kita tarik sendiri

Mengikuti alunan hati

Pemilik homestay itu adalah suami istri

Istri WNI

Suami WNA

Suami baru menikah sekali itu saja – “Pertama dan terakhir”, ujarnya

Sementara istri telah dua kali menikah, keduanya gagal

Disitu saya terhenyak

Merasa malu

Karena berpikir bahwa hanya saya yang menderita

Padahal jika ditelusuri, hampir semua makhluk penghuni semesta ini pasti menderita

Saya tersenyum

Semangat terbarukan

Karena bertemu teman sepenanggungan

Merasa normal

Dengan penderitaan

Dengan kenaifan

Hari berganti, saya mengubah tujuan

Ubud – dimana romantisme spiritual menanti

Ide ide mulai bermunculan seiring dengan pikiran dan hati yang lebih terbuka

Hamparan sawah yang anggun

Bukit cinta nan syahdu

Serta denting gelas beradu di sebuah Bar bernama Napi Orti

Dengan menggandeng tangannya, saya berjalan di Museum Neka

Dia, kawan lama saya

Kami bertemu pertama kali di rumah teman di Singapadu ketika saya masih duduk di bangku SMA

Lalu kedua kali kami bertemu di acara Ubud Writer’s festival di tahun 2008

Seorang lelaki berparas rupawan

Ia pandai membuat tembikar

Akhirnya saya menyerah pada keterasingan

Saya seharusnya bertemu teman

Teman yang mengenal saya

Teman yang memahami saya

“Kamu berbahaya”, hanya itu katanya sambil tersenyum

“Jika ada yang lebih dari gila, maka ambillah kata itu untuk menggambarkan kehadiranmu di dunia sempit penuh kepalsuan ini”, lanjutnya lagi

Saya tak ingin berkata

Hanya mendengar

Ubud malam hari

Sederhana dan hangat

Pizza vegetarian

Aroma dupa studio Yoga

Menjadi mandiri

Hanya itu pesan tersirat

Tidur mulai nyenyak

Tersenyum tidak lagi menjadi hal yang sulit

“Sini kamu, ke Tejakula!!!”, suara riang kawan saya yang lain memenuhi ruang dengar

Saya sedang memberi makan monyet di Monkey Forest

“Ya, ntar sorean”, menjawab sekenanya

Mengucap perpisahan pun tak sempat

Padanya si kawan lama

Namun untuk apa

Selama hati masih bertaut, diam pun bisa menjadi bentuk komunikasi

Lagi memacu motor

Menjadi lebih bersemangat

Hanya saja belum mahir merapal jalan

Dari Ubud, menuju Kintamani

Menembus dinginnya kabut perbukitan

Entah bagaimana saya melaju kencang ke arah Karangasem

Tejakula itu di Karangasem

Pikiran ini merasa benar

Memaklumi lelah

Hari kian malam

Dering telepon sayup terdengar

Suara kendaraan menderu

“Malam sekali kamu dari mana saja?!”, suara nyaring yang sudah lama tak saya dengar

“Tadi dari Kintamani aku ke Karangasem, kirain dekat ternyata jauh sekali”, sambil menghela nafas pelan, saya menyeruput teh hangat buatan Ibunya

“Buduh (Gila)! Ngapain ke Karangasem. Dari Kintamani lurus saja kamu sampai sudah”, ia tertawa

“Bukannya Tejakula itu di Karangasem?” saya membalas cuek, dengan teh hangat masih dalam genggaman

“Aduh Mongkeg lengeh (bodoh)! Desa Tejakula Kabupaten Buleleng!!!”, ia mengguncangkan pundak saya

Kami tertawa tergelak

Malam dalam peraduan

Cerita demi cerita

Tangis air mata

Usapan hangat

Sebagai pengingat

Bahwa kami pernah berteman

Sedang berteman

Masih berteman

Selamanya berteman

Semakin karib

Menyambut nasib

Dua hari saya habiskan bersama keluarganya yang bersahaja

“Pulang kamu, cari kerja. Nanti anakmu besar pasti akan mencari kamu”, itu kata – katanya sebelum saya benar – benar pergi

Dan saya kembali ke Denpasar dengan kesadaran dan perspektif yang lebih baik

Saya siap menghadapi tantangan hidup dan menyambut kesempatan yang akan datang menghampiri

2013

Saya mulai bekerja

Sebelum bekerja saya menyampaikan keinginan pada semesta

Pekerjaan yang seperti apa

Pekerjaan yang bagaimana

Terima kasih semua terwujud

Dan ketika keuangan aman, saya bisa memfokuskan diri untuk melakukan perjalanan lagi

Tidak usah jauh – jauh

Bagi saya yang baru belajar

Petualangan saya mulai di Pulau saya sendiri

Pulau Bali

Benarkah saya mengenal tiap sudutnya?

Ternyata tidak

Karena itulah petualangan saya keliling Bali begitu bermakna

Saya menyeberang menuju Nusa Lembongan

Menikmati indahnya hidup di pulau matahari – begitu saya menyebutnya

Hidup sebagai orang asing ternyata juga menghadirkan keindahan

Tak dikenali

Tak diamati

Tak dikomentari

Inilah surga yang sesungguhnya

Menyewa motor dengan harga 50ribu per hari

Menginap di homestay pinggir pantai

Menjelajahi Nusa Ceningan

Dengan melewati jembatan kuning

Naik ke atas bukit dan terlihatlah Nusa Penida yang perkasa dan mengundang saya untuk kesana

Keesokan harinya saya menyeberang lagi

Nusa Lembongan ke Nusa Penida harga tiketnya 60ribu (tahun 2013) untuk orang lokal seperti saya

Mungkin saat ini lebih mahal harganya

Dan lagi, berada dalam rengkuhan pulau asing

Menelusuri lekuknya

Mengunjungi desa desanya yang tersembunyi

Mencari teman

Bertemu dengan ironi demi ironi kehidupan

Sanur bagi mereka adalah kota

Tempat menghempas asa

Menjual garam, ikan dan hasil bumi lainnya

Pantai demi pantai

Saya beruntung karena saya tahu lebih dulu

Jauh sebelum beragam video nan eksotik beredar di berbagai platform media sosial

Laut adalah Ibu

Bumi ayahnya

Begitu mereka memberi tahu saya

Kami menyelam

Kami berkelana

Tiba waktunya pulang

Kami terpisah jarak

Kembali saya pada pekerjaan

Dunia habitat

Suara ketukan keyboard

Dokumen demi dokumen

Kala itu, saya bisa bertemu anak sesekali

Itu saja sudah lebih dari cukup

Saya yakin ke depannya harapan saya untuk co-parenting akan berhasil

Dan di saat ini 2021, semua harapan itu menjadi nyata 🙂

Ujung dari bekerja adalah bertualang

Lagi dan lagi tanpa pernah terpikir untuk berhenti

Setelah puas menjelajah setengah bagian Pulau Bali saya lanjut lagi ke arah Tenggara lalu Utara

Karangasem dan Buleleng

Dengan pesona magis yang mengesankan

Dulunya dua wilayah ini adalah benteng

Tempat menjaga seluruh pulau

Pantai berpasir hitam

Dialek bahasa yang saya sendiri pun kadang sulit untuk memahami

Udara yang panas namun di bagian lainnya begitu dingin

Konon katanya penduduk Bali asli (Bali Aga) adalah mereka yang berdiam di Karangasem (Tenganan) dan Trunyan – Bangli

Lalu saya siapa?

Hanyalah seseorang yang sedang berusaha mencari diri melalui perjalanan ini

Suasana yang khas

Amat jauh berbeda dari kehidupan saya di bagian tengah bawah Pulau Bali

Kota Denpasar

dengan hiruk pikuknya yang nyata

Kini berlari

Karangasem dimulai dari Gianyar lalu Klungkung

Jalanan besar

By Pass Ida Bagus Mantra – begitu mereka menyebutnya

Sepanjang jalan yang ada hanyalah pantai

Pantai Biaung

Pantai Ketewel

Pantai Pabean

Pantai Purnama

Pantai Erjeruk

Pantai Masceti

Pantai Lebih

Hanya itu yang bisa saya ingat

Selebihnya hanya mata dan ingatan menguntai

Masuk dari Goa Lawah

Lagi – lagi bertemu pantai

Lalu menuju Manggis

Melewati jalan menuju pelabuhan Padang Bai tempat kita bisa menuju Pulau seberang : Lombok

Karangasem membuai dengan alam serta arsitekturnya yang indah

Juga pantai yang menawan

Memacu motor melewati Culik

Amed, Tulamben, Kubu, Tianyar, Gretek

Dan tibalah di Bumi Panji Sakti – Buleleng

Angin utara yang menyejukkan

Semakin membuai dan meyakinkan diri ini bahwa saya berarti

Saya masih layak untuk melanjutkan hidup

Pagi menjelang

Masih samar samar bayangan

Menaiki perahu motor ke tengah laut

Melihat lumba – lumba

Hati melambai

Berseru pada hidup di hari ini

Keyakinan mulai timbul, akan hidup hari esok yang penuh harapan

Menyantap siobak yang lezat

Es ancruk

Teman – teman yang selalu membuat saya tertawa dan terus tertawa

Kami saling memanggil dengan sebutan ‘Cicing’

Keesokan harinya saya turun gunung, menuju Bedugul

Menengok keindahan alam berupa 3 danau – Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan

Jika ada yang bertanya Danau Batur maka tempatnya di Bangli

Menikmati alam Munduk yang sejuk khas dataran tinggi, tanaman kopi, bunga biru, cokelat dan air terjun

Saya menemukan jalan untuk ke Mayong

Membawa saya menuju ke arah barat laut Pulau Bali

Tempat dimana Pelabuhan Gilimanuk berada

Gerbang menuju Pulau Jawa

Sebuah tempat bernama Pemuteran menunggu disana

Dibalik bukit

Pantai yang teduh

Orang – orang yang ramah

Menapaki jalan setapak yang menanjak

Menuju Bukit Kursi

Hamparan bukit menghijau

Pura Pabean

Pura Melanting

Pura Pulaki

Pura Jayaprana

Dan mencari sunyi ke Pura Menjangan

Air panas banyuwedang

Menyelami laut Taman Nasional Bali Barat lalu memasuki hutannya yang eksotis

Bali, surgaku sendiri

Dengan bertualang ternyata sirna segala stigma negatif yang saya sematkan pada diri sendiri

Stress dan depresi pun menghilang

Berganti semangat positif dan harapan baru

Mengambil keputusan cerai bukan berarti saya lemah

Mengambil keputusan cerai bukan berarti saya tidak bisa kembali ke ‘jalur utama’ dalam kehidupan

Mengambil keputusan cerai bukan berarti saya tidak cukup baik

Yah, katakanlah saya adalah ‘a good bad person’

I’ll take that as a compliment LOL

Dan inilah jawaban mengapa saya suka bertualang yang saya rangkum dalam 5 point ;

✨Bahwa petualangan membimbing saya untuk berada di saat ini – menjadikan saya lebih aware dan mempertajam rasa serta penglihatan saya untuk MENERIMA kehidupan saya di saat ini, di waktu yang tengah terjadi

✨Petualangan mengganti mood saya dengan cepat – dari gundah menjadi semangat – dari pikiran negatif menjadi positif

✨Selain kegiatan bertualangnya, tempat tujuan kita bertualang juga memiliki ‘jiwa’ yang pada akhirnya menenangkan dan mentransformasikan kita

Maka biarkanlah terjadi

Buka mata, buka hati

✨Ketika menghabiskan waktu sendiri, hanya dengan diri kita – itu justru adalah saat saat dimana kita akan dibukakan jalan untuk melihat lagi ke dalam diri dengan lebih seksama dan menghadapi segala ketakutan yang ada

✨ Last but not least, dengan bertualang saya belajar untuk menumbuhkan rasa syukur, atas apapun yang terjadi pada hidup saya, baik di masa lalu, masa kini hingga masa yang akan datang

Dan akhirnya…

This ‘vacation glow’ akan selalu membuat saya merasa berharga, layak, berani dan berdaya

Semoga semangat ini juga akan muncul dalam dirimu

Terima kasih sudah membaca hingga sejauh ini

Doa terbaik untuk kamu

Baca Selengkapnya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Safitri Saraswati
Seorang perempuan yang percaya keajaiban dan percaya apapun tentang semesta ❤️

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

calendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram