Pertanyaan yang susah-susah gampang nih ngejawabnya, “kenapa bisa bahagia dan sedih?”. Buatku pribadi, bahagia dan sedih punya porsinya masing-masing. Keduanya saling berkaitan, kaya Indomart dan Alfamart, selalu berdampingan. Biasanya kalau lagi bahagia, si sedih mulai “mengintai” dari belakang, memaksa masuk ke ruang bahagia tersebut. Pun kalau lagi sedih, si bahagia juga mulai “mengintai”, memaksa masuk ke relung kesedihan. Opsi kedua pasti lebih dibutuhkan dari opsi pertama, bukan?
Ngomong-ngomong bahagia, aku termasuk orang yang bisa bahagia dengan hal sederhana. Aku tidak mematok goals kebahagiaanku seperti apa, setidaknya sih untuk sekarang. Semakin aku dewasa, kebahagiaan tidak lagi bersumber dari orang lain atau tentang relasi, tetapi aku sendiri yang bisa menciptakan kebahagiaan itu. Bahagia tidak lagi tentang apa yang berhasil aku raih secara finansial atau pun barang, tetapi ketika aku merasa diri ini cukup dengan apa yang aku miliki, berdamai dengan keadaan pahit yang sedang aku jalani, dan menerima semua hal yang telah terjadi. Itulah bahagiaku.