“Kenapa kamu mau jadi wartawan?” Pertanyaan itu dilontarkan kepada Yoona dan seorang temannya, dalam sebuah interview penerimaan calon reporter di sebuah industri media Korea, dalam drakor Hush.
Sebuah pertanyaan standar sebenarnya. Jawaban rekan Yoona, yang duduk di sebelahnya, mengagumkan. Tapi jawaban Yoona membuat saya nyengir–mengingatkan saya pada jawaban saya saat menjalani interview di sebuah perusahaan media nasional di Jakarta, bertahun-tahun lampau. (Bagian ini akan saya ceritakan di akhir review drakor ini, hehehe. So, stay tune sampai akhir tulisan).
Yoona mengutip kalimat Napoleon Bonaparte, pena lebih tajam daripada senjata.
“Semboyan hidup saya, pena lebih tajam daripada senjata. Tapi nasi lebih berpengaruh daripada sebuah pena. Tak ada gunanya profesi ini kalau tidak bisa menghidupi keluarga.”
“Jadi, kamu mau jadi reporter demi memenuhi kebutuhan hidup?” Pewawancara kantor media Daily Korea balas bertanya.
“Wartawan adalah pekerjaan yang mendapat gaji. Tapi mereka enggak boleh berbohong, kan?” Yoona menjawab dengan tenang.
Ia melanjutkan kalimatnya, “Nasi atau makan memang adalah hal paling penting. Jadi, bagi saya pekerjaan wartawan adalah sebuah profesi saya bisa dapat upah layak, tanpa saya harus berbohong.”
Selengkapnya meluncur di www.katanieke.com