“Foto di atas merupakan potret lansia asal Ladakh yang hidup di dataran tinggi Changthang. Kini, dengan bantuan kaca mata barunya, dia mampu menenun permadani wol yang berasal dari bulu ratusan kambing miliknya. Konon, matahari di dataran tinggi Changthang dan angin kering merusak penglihatan para penduduknya, khususnya para lansia.”
Bak kopi yang diramu dengan gula terbaik, tahun 2015 merupakan tahun yang manis sekaligus getir. Di penghujung tahun tersebut, saya harus menyaksikan senyum yang perlahan memudar dari wajah sosok panutan saya.
Dia adalah sosok kakek pemilik kos yang akrab disapa ‘aki Ridwan’, laki-laki asal Jawa yang tidak fasih berbahasa Jawa. Sosok inspiratif yang sela-sela jarinya selalu dipenuhi bekas cat warna yang memudar. Usianya nyaris menyentuh kepala delapan. Dan selayaknya laki-laki seusianya, aki Ridwan juga bergelut dengan masalah penglihatan. Aki Ridwan mengisi masa tuanya dengan melukis, dan objek lukis favoritnya adalah tanaman. |
Komentar dan saran yang dilontarkan oleh para penghuni kos mengenai hasil karya aki, selalu berhasil menoreh senyum di wajahnya. Pemandangan gigi yang rapih, dengan garis senyum yang dibalut kerutan, serta mata yang menyipit di wajah beliau saat terseyum, adalah salah satu pemandangan favorit kami.
Namun, senyum terbaik tersebut perlahan memudar, seraya dengan sinar di matanya yang turut meredup. Memasuki awal bulan Desember, di saat banyak stasiun TV berlomba-lomba menayangkan program TV bertema natal dan tahun baru terbaiknya, kami para penghuni kost menerima kabar yang tidak terlalu baik mengenai kondisi kesehatan aki. |
“Aki Ridwan kena katarak kata dokternya, doakan nggih, kirim al-fatihan buat aki. Kataraknya sudah parah berisiko buta.”
Demikian kabar yang disampaikan salah satu keponakan aki Ridwan kepada saya dan teman-teman kos lainnya saat kami sedang hangempal di teras kos. Dia juga menambahkan bahwa, katarak aki sudah parah dan menimbulkan komplikasi. Aki Ridwan juga mengidap glaukoma akibat kataraknya yang terlambat ditangani.
Mendengar kabar tersebut, Asih, teman kost saya, mulai berkaca-kaca. Pandangannya menunduk ke arah mangkuk bakso yang tadinya sangat lahap ia santap. Melihat raut wajah Asih, sesuatu membubung dari dada saya dan naik ke tenggorokan, pelupuk mata saya memanas, dan tanpa sadar air mata mengalir deras. Sesak. |
Reaksi kami tersebut sangatlah beralasan, sebab cara penyampaian keponakan aki mengenai kondisi aki seolah menyiratkan bahwa aki akan mengalami kebutaan. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Aki masih bisa disembuhkan dengan operasi. Selain bisa disembuhkan, katarak juga bisa diperlambat bahkan dicegah.
Pantas saja, akhir-akhir ini aki sudah jarang bergumul dengan kanvas lukis dan cat minyaknya di dekat jendela ruang tamu. Lantunan lagu Roberto Delgado berjudul Whiskey and Soda yang biasa mengiringi lamunan aki Ridwan saat melukis di sore hari, juga sudah jarang terdengar oleh kami. |
Jika indera manusia bisa diberi peringkat, mungkin indera penglihatan aki Ridwan akan berada di peringkat pertama untuknya. Selayaknya penyanyi yang mengandalkan pita suara sebagai aset utamanya, mata aki Ridwan sang pelukis adalah nyawa kedua baginya.
Lensa mata ditunjukkan dengan tanda panah merah |
Lensa mata terdiri dari air dan protein. Umumnya, katarak terjadi pada usia lanjut, karena protein didalam lensa perlahan mengalami denaturasi lalu menggumpal dan berkumpul, ketika jumlahnya cukup banyak, lensa mata akan mengalamai kekeruhan sehingga penglihatan kita menjadi buram.