Assalamu’alaykum Diaris.
Bagaimana nih puasanya? Lancar? Udah bocor belum?. Huaaa… sedih deh sampai hari ini aku belum bisa puasa karena masih menjalani fase kewanitaan, tapi meski belum puasa aku tetap nggak mau ketinggalan dalam momen bulan Ramadan ini, salah satunya dengan ikut memeriahkan buka puasa suamiku, ikut jajannya maksudnya hehehe.
Apa sih yang dirindukan setelah seharian puasa kalau bukan momen berbuka. Menghidangkan makanan bukaan yang beraneka ragam sudah menjadi tradisi di bulan Ramadan, termasuk aku salah satunya (tapi waktu maaih kecil ya), walaupun banyak juga yang berbuka puasa cukup dengan minum air putih dan makan beberapa butir kurma.
Dulu waktu aku masih kecil, waktu masih tinggal sama orang tua selalu membeli banyak jajanan untuk buka puasa. Maklum ya kalau lagi lapar tuh nggak bisa lihat makanan, bawaannya kepingin terus, padahal belum tahu itu makanan enak atau nggak. Apalagi kalau Mama ngajak aku pergi ke pasar, uh mataku langsung lirik sana-sini, sibuk memilih jajanan apa yang akan dibawa pulang untuk berbuka nanti. Tak jarang Mama menegurku karena terlalu banyak maunya, bukan nggak boleh sih, tapi Mama sudah mencium aroma-aroma mubazir. Bukan sekali dua kali aku banyak jajan ini-itu, tapi yang dimakan hanya beberapa saja saat berbuka puasa. Alhasil sisanya kalau nggak Mama yang makan, ya terbuang. Jangan ditiru ya.
Kebiasaan itu pun masih berlaku sampai sekarang, dan bukan Mama yang jadi korban, melainkan suamiku yang harus menelan akibatnya. Bukan hanya saat puasa di bulan Ramadan aja sih, berlaku juga di hari-hari biasanya. Aku suka tiba-tiba kepingin jajan makanan, bahkan teramat sangat kepingin. Rasanya tuh makanan udah diujung lidah, tapi saat sudah di depan mata paling yang dimakan hanya satu atau dua potong saja, selebihnya masuk ke perut suami, kecuali khusus untuk jajanan favorit ya, hehehe. Udah kayak orang hamil lagi ngidam.
Oh iya jadi inget waktu hamil, aku jadi cewek gampangan. Makin gampang ngiler kalau lihat makanan, mau enak atau nggak pun bawaanya kepingin, bahkan yang aku tahu pasti nggak enak pun kepingin juga, dan ya seperti biasa paling yang dimakan cuma alakadarnya aja. Mending kalau makanannya cocok di lidah suami. Kalau nggak, ya mubazir lagi. Suamiku geleng-geleng kepala. Waktu itu aku nggak mengatakan bahwa itu bawaan bayi karena sebelum hamil pun aku memang seperti itu. Duh jangan ditiru ya.