Perjalanan hidup setelah 2022 tidak pernah semudah bayanganku. Ada musibah bertubi-tubi yang merobohkan usahaku. Ada malam-malam gelap yang menguras tenaga, air mata, bahkan harapan. Tapi justru dari masa-masa itulah aku menemukan diriku yang tidak pernah kukenal sebelumnya—diriku yang keras kepala terhadap takdir dan menolak menyerah meski jalannya pincang.
Sekarang aku sudah mulai belajar lebih banyak tentang dunia blog, dunia digital, dunia produktivitas, dunia konten, bahkan dunia AI yang dulu terasa asing. Aku masih pemula, masih sering bingung, masih harus melihat tutorial YouTube untuk hal-hal sederhana. Tapi setidaknya aku sudah lebih berani, lebih cerdas, dan lebih mengetahui ke mana arahku berjalan.
Kalau dulu aku menulis tulisan ini dengan harapan menjadi blogger sukses, hari ini aku menulis ulangnya dengan keyakinan bahwa aku memang sedang menuju ke sana, selangkah demi selangkah. Pelan, tapi pasti. Luka-luka batin, kurang tidur, tumpukan mimpi, dan cangkir kopi—semuanya menjadi bahan bakar untuk terus melanjutkan perjalanan ini.
Optimisme yang kumiliki hari ini tidak lagi berbentuk teriakan lantang. Ia lebih mirip bisikan lembut yang datang dari dalam dada, berkata:
“Teruskan, Yo. Kamu sudah sejauh ini.”
Dan aku memilih untuk percaya pada bisikan itu.