Hari hampir gelap, suhu dingin, hujan deras yang berisik, dan secangkir teh masih mengepulkan asap tipis ditemani beberapa potong kue kering. Duduk sendiri dengan balutan selimut bermotif Barcelona, pikiran saya liar kesana kemari.
Mulai dari rumah yang belum beratap, proposal tesis yang tak kunjung selesai, siapa presiden 2024, fenomena pekerja sosial yang memperkaya diri, siapa pembunuh Naruto, hingga terakhir soal hubungan percintaan.
Lalu pikiran saya jauh melayang ke beberapa bulan yang lalu, saat ada seseorang yang tidak saya kenal menceritakan kisah cintanya melalui instagram.
Tapi sayang, sebagaimana judul yang saya sematkan dalam tulisan ini, pembahasan kita jauh dari soal romantisme. Melainkan tragedi paling menyakitkan diantara dua orang yang saling mencintai, yaitu Perselingkuhan.
Teman-teman yang membaca tulisan ini (yang tidak pernah mengalami), mungkin terbesit pertanyaan, “mengapa ada orang yang bisa selingkuh?”, atau “mengapa ada orang mau merendahkan dirinya sendiri dengan menjadi selingkuhan?”
Rasanya aneh. Apalagi dibanyak kasus sering ditemukan paras pasangan sah lebih cantik atau tampan dibandingkan dengan selingkuhannya.
Tapi bagi orang-orang yang pernah “selingkuh” atau saat ini sedang mengalami atau berada dalam situasi ini, tentu ada alasan atau pembelaan masing-masing. Mulai dari hanya untuk senang-senang, iseng, atau bahkan karena sudah tidak bahagia dengan pasangan sebelumnya.
Sebelum kita bahas lebih jauh, saya ingin sedikit berbagi cerita pengalaman berkomunikasi dengan orang yang pasangannya selingkuh. Sebenarnya ada banyak contoh diluar sana yang bisa teman-teman amati sendiri, tapi cerita ini saya pilih karena terasa lebih dekat saja dengan kehidupan saya.
Pernah, diawal Juni 2022, saya tiba-tiba menerima permintaan pesan di Instagram. Sekilas melihat username-nya, saya mengira akun tersebut sedang berusaha mempromosikan produk kosmetik atau sejenisnya. Tapi dugaan saya patah oleh pertanyaan, “Apa benar mas cowoknya si X ?…”
Kalimat panjang kemudian membututi pertanyaan singkat tersebut. Seolah-olah pengirimnya tidak ingin menunggu jawaban dan langsung menembak ke inti persoalan.