Buku bersampul hijau dengan judul yang unik ini cukup menarik perhatian saya. Dari sampulnya, kita bisa sedikit menyimpulkan bahwa tokoh yang ada dalam buku ini adalah seorang wanita Bali. Menariknya, di antara banyak ornamen Bali di gambar tersebut, wanita ini juga digambarkan sedang membuka iPad; terlihat seperti seorang wanita yang berbudaya dan modern. Kira-kira, karakter seperti apakah yang diceritakan dalam buku Men Coblong ini?
Meski buku Men Coblong bergenre fiksi, ada banyak data faktual yang disampaikan di dalamnya. Hal ini dipertegas dari beberapa ulasan singkat di bagian sampul belakangnya.
“Dengan bahasa fasih yang merupakan ciri khas profesinya sebagai jurnalis dan sastrawan, Oka Rusmini menyampaikan tanggapan, kritik, dan sindiran tajam tanpa menyakiti terhadap banyak hal yang ada dan terjadi di sekitar kita. Buku ini menunjukkan kualitasnya sebagai penulis esai.” (Sapardi Djoko Damono, sastrawan)
“Men Coblong menyajikan getir itu dalam satire. Menggugat fakta itu dalam balutan cerita fiksi.” (Anton Muhajir, redaktur BaleBengong)
“Esai memang tidak ditulis untuk menemukan solusi dan karena itulah Men Coblong hadir sebagai penyodor masalah, yang sangat mungkin tidak terpetakan sebelumnya. Lewat sodoran itu diharapkan lahir strategi pemecahan masalah, yang pada akhirya bermanfaat bagi penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat.” (Putu Fajar Arcana, redaktur Sastra Harian Kompas)
*baca selengkapnya di blog