Batik telah menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang khas dan dikenal mancanegara.
Namun, dalam era fashion yang semakin cepat dan konsumtif, penting bagi kita untuk mempertimbangkan aspek lingkungan saat memilih busana.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep batik ramah lingkungan dan bagaimana penggunaannya dapat membantu mengurangi limbah tekstil.
Proses pembuatan batik dengan bahan-bahan alami (Sumber: unsplash.com/ Camille Bismonte) |
Dalam era fashion ramah lingkungan, batik telah menjadi simbol penting dalam upaya melindungi lingkungan.
Dengan teknik pewarnaan alami dan bahan-bahan organik yang digunakan, batik ramah lingkungan menjadi alternatif yang menarik bagi mereka yang peduli dengan ekosistem sekaligus ingin tampil stylist dan eksklusif.
Para petinggi dunia yang kompak menggunakan batik di KTT G20 di Bali 2022 (Sumber: Viva.co.id) |
Dengan memilih batik sebagai pilihan fashion, kita tidak hanya mendukung lingkungan, tetapi juga melestarikan kekayaan budaya kita.
Namun, batik yang dimaksud di sini adalah batik yang menerapkan konsep slow fashion yang dibuat dengan bahan-bahan alam dan dengan teknik produksi yang ramah lingkungan.
Budaya batik diabadikan oleh pemerintah dengan cara mewajibkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menggunakan batik dalam situasi dan momen tertentu.
Misalnya, untuk masyarakat tingkat sekolah dasar, menengah, dan atas, batik dijadikan salah satu seragam wajib yang dipakai di setiap minggunya.
Contoh lainnya adalah pada masyarakat pekerja yang bekerja kantoran, baik di institusi milik negara maupun swasta yang diwajibkan mengenakan batik pada situasi formal, rapat rutin, maupun digunakan satu hari dalam seminggu.
Bahkan dalam momen formal setingkat internasional seperti acara g20 yang diselenggarakan tahun lalu, di mana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumahnya, para petinggi negara diwajibkan menggunakan batik untuk menampilkan ciri khas Indonesia.
Proses pembuatan batik dengan bahan-bahan alami (Sumber: unsplash.com/ Mahmur Marganti) |
Bahan-bahan organik seperti kapas organik dan serat alami lainnya dipilih untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Bahan alami juga turut meningkatkan kualitas produk batik yang lebih baik. Peneliti Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, Dwi Suheryanto menuturkan bahwa, menggunakan kain berbahan selulosa dan protein, seperti sutra, wool, rayon, dan katun, dalam pembuatan batik dapat membuat pewarna batik menjadi lebih awet.
Sebenarnya, akibat model bisnis fast fashion di Indonesia, banyak dijumpai batik-batik berbahan sintetis yang dijual murah. Akibatnya, batik ramah lingkungan menjadi kurang diminati karena harganya bisa tiga kali lipat lebih mahal.
Namun, batik ramah lingkungan cenderung jauh lebih awet. “Saya punya kain batik yang sudah berumur 100 tahun dan warnanya masih bagus,” ucap Dwi Suheryanto.
Sebenarnya lebih baik kita menerapkan slow fashion dengan cenderung membeli sedikit pakaian berkualitas yang tahan lama, dibandingkan memiliki segunung pakaian murah dengan umur pakai yang pendek.
Dengan begitu, kita tidak hanya berkontribusi mengurangi limbah tekstil, tetapi juga turut memberikan nilai lebih terhadap busana yang kita miliki. Menurut Dwi, bertahannya warna batik bergantung pada cara pengikatan dan pencelupan saat pembuatannya.
Baca juga: 5 Tips Memilih Pakaian Traveling dengan Fashion Ramah Lingkungan
Proses pembuatan batik dengan pewarna alami yang dilakukan oleh siswi SMAN 1 Pekalongan (Sumber: unsplash.com/ Ed Us) |
Salah satu keunikan batik ramah lingkungan adalah penggunaan teknik pewarnaan alami. Pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami seperti tumbuhan, rempah-rempah, dan tanah liat, yang memiliki dampak minimal pada lingkungan.
Selain itu, proses pewarnaan alami memberikan hasil yang unik dan kualitas warna yang tahan lama. Peneliti Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta Dwi Suheryanto menuturkan, meskipun berbahan alam, warna batik tidak mudah pudar.
Proses pembuatan pewarna batik alami sangat sederhana. Hampir semua bahan utama batik alam berasal dari bagian tumbuhan, seperti daun, kulit batang, batang, biji, buah, dan bunga. Khusus untuk buah, pengrajin akan menggiling dan menggunakan sari buah sebagai pewarna.
Untuk bagian pohon yang lain harus direbus terlebih dahulu sebanyak 1 kilogram bahan dicampur dengan 10 liter air. Bahan tersebut direbus selama 1,5 jam hingga menghasilkan 5 liter ekstrak pewarna.
Warna yang dihasilkan bervariasi tergantung komposisi atau kombinasi warna. Untuk warna yang kuat, disarankan menggunakan tanjung atau tenosulfate.
Kapur menciptakan warna yang lebih soft, sedangkan tawas menciptakan warna yang lebih terang dan tegas. Semakin lama batik dicelup, maka warnanya akan semakin awet.
Produk batik ramah lingkungan dari brand lokal Sejauh Mata Memandang (Sumber: sejauh.com) |
Batik ramah lingkungan tidak hanya sebatas simbol budaya tradisional, tetapi juga mencakup desain yang lebih modern dan inovatif.
UMKM batik kreatif terus mengembangkan teknik dan motif baru yang menggabungkan keunikan tradisional dengan gaya kontemporer. Hal ini membuat batik ramah lingkungan menjadi pilihan yang menarik bagi para pecinta fashion.
Contohnya, brand lokal Sejauh Mata Memandang yang mengusung tema batik tradisional dengan gaya kontemporer yang kekinian.
Dalam produksinya, Sejauh Mata Memandang menerapkan konsep slow fashion. Brand ini hanya merilis pakaian setahun dua kali. Pembuatan batiknya juga masih handmade dengan memberdayakan masyarakat lokal, melalui perajin batik dari Jawa dan Bali.
Jika ditilik lebih jauh, brand ini memiliki desain klasik dengan pemilihan warna yang netral. Sehingga, produknya cenderung lebih mudah didupadankan. Dengan begitu, Sejauh Mata Memandang mendukung customer-nya untuk turut menerapkan prinsip slow fashion.
Untuk pecinta fashion yang ingin mengetahui lebih dalam terkait sustainable fashion, silahkan buka situs web Laruna Indonesia Fashion Forum. Situs web Laruna menyediakan rubrik khusus tentang sustainable fashion.
Baca juga: 3 Tips Memperpanjang Umur Pakai Busana Kondangan di Indonesia
Ilustrasi pengguna batik (Sumber: unsplash.com/ Haidan) |
Selain memilih batik ramah lingkungan, ada cara lain yang dapat kita lakukan untuk mengurangi limbah tekstil.
Kita perlu merawat batik dengan baik dengan teknik perawatan yang sesuai demi memperpanjang umur pakai batik.
Mencuci batik alam dengan benar sangat penting untuk menjaga kualitas dan keindahan batik tersebut. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diikuti saat mencuci batik alam:
Keluarga muda pengguna batik ramah lingkungan (Sumber: sejauh.com) |
Memilih batik ramah lingkungan bukan hanya tentang kita saat ini, tetapi juga tentang generasi mendatang.
Dengan menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi limbah tekstil, kita memberikan warisan yang berharga bagi generasi yang akan datang.
Berikan contoh yang baik bagi generasi muda untuk turut memberdayakan produk batik, khususnya yang ramah lingkungan.
Untuk menarik minat generasi muda, kita harus kreatif dan beradaptasi. Selera masing-masing generasi pastinya cukup berbeda.
Dengan berusaha melakukan riset mendalam mengenai tren fashion dari generasi muda, kita dapat mengolaborasikan tren fashion kekinian tersebut dengan budaya batik, seperti yang dilakukan oleh brand Sejauh Mata Memandang.
Ada baiknya jika UMKM lokal dihimbau dan didukung untuk menciptakan koleksi batik yang menyatu dengan gaya anak muda, menghadirkan desain-desain yang modern dan segar dengan mempertahankan esensi dan keunikan batik.
Dalam upaya untuk lebih menarik minat generasi muda, UMKM juga bisa berkolaborasi dengan influencer dan komunitas anak muda untuk mengedukasi tentang keindahan dan keberlanjutan batik ramah lingkungan.
Selain itu, melibatkan generasi muda dalam proses kreatif juga dapat memberikan ruang bagi inovasi dan kreativitas baru. Misalnya, mengadakan kompetisi desain batik untuk pelajar atau mahasiswa, serta menyelenggarakan workshop atau pelatihan bagi mereka yang tertarik untuk belajar tentang seni batik.
Dengan cara ini, generasi muda dapat merasakan betapa menariknya proses menciptakan batik, serta mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghasilkan karya-karya yang unik.
Selain itu, memanfaatkan platform digital dan media sosial juga menjadi kunci untuk menjangkau generasi muda. Brand batik ramah lingkungan dapat aktif dalam berbagi konten inspiratif, tutorial, dan informasi mengenai batik sustainable melalui akun-akun media sosial mereka.
Dengan cara ini, pesan tentang pentingnya batik ramah lingkungan dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan relevan bagi generasi muda yang terhubung erat dengan teknologi dan media digital.
Dengan langkah-langkah kreatif dan melibatkan generasi muda secara aktif, kita dapat memastikan bahwa batik ramah lingkungan tidak hanya menjadi tren sementara, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup yang berkelanjutan dan diteruskan hingga generasi mendatang.
Batik ramah lingkungan adalah kombinasi sempurna antara budaya dan kelestarian alam. Dalam memilih batik sebagai fashion pilihan kita, kita dapat merasakan kebanggaan akan warisan budaya kita sambil melindungi lingkungan.
Dengan mempertimbangkan bahan baku, teknik pewarnaan, dan mendukung UMKM lokal yang menerapkan model bisnis ramah lingkungan, kita dapat membantu mengurangi limbah tekstil dan membangun industri fashion yang lebih berkelanjutan (sustainable).
Anda suka menulis dan memiliki passion for fashion? Yuk, coba salurkan bakat menulismu dan pengetahuan fashionmu dengan mendaftarkan diri sebagai kontributor penulis artikel untuk website Laruna, dengan meng-klik link di bawah ini:
https://laruna.id/contributor/