Urusan Ramadan sering kali dibuat panjang oleh manusia yang menjalaninya. Mulai dari persiapan sahur, buka puasa di bulan Ramadhan, hingga lebaran. Sejak kecil saya melihat pemandangan dan mendapatkan pengertian puasa sebagai ibadah itu ya hanya sekadar syariat tidak makan dan tidak minum, selebihnya sibuk dengan persiapan yang berhubungan dengan hal-hal yang tampak di mata yang akan menjadi pemuas rasa lapar, keindahan rumah saat lebaran, menu lebaran yang berbeda, dan baju baru.
Hal-hal yang lebih penting sering kali terabaikan padahal keutamaan Ramadan jauh di atas hal-hal bersifat fisik itu, sebagaimana yang termaktub dalam salah satu hadits beserta penjelasannya yang dinukil dari rumaysho.com ini:
Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151).