Hari natal di masa kecil ketika kami masih di Minahasa itu, teringat lebih membahagiakan. Karena ketika natal, kami bisa makan kue-kue lebih banyak, pemberian tetangga-tetangga.
Ada kue yang paling saya ingat, yaitu kue yang dibalur gula merah, lalu digulingkan ke kacang tanah yang dicincang. Kalau liat di google sih namanya kue kering kurma.
Selain itu, ketika hari natal tiba, kami selalu dikasih ayam pedas oleh tetangga. Kayaknya sih ayam rica-rica, tapi pedasnya ampyoooonnnn!.
You know lah di Manado itu, cabenya nggak kayak di Jawa yang gede-gede. Di sana adanya cabe rawit, dan seringnya mereka masak ayam rica-rica atau semacamnya, pakai cabe seliteran, hahaha.
(Oh ya, di sana dulunya, cabe dijual per liter, di Buton juga, tauk deh sekarang).
Saya juga masih mengingat, betapa kami ingin banget makan lauk ayam tersebut, tapi nggak kuat sama pedasnya.
Akhirnya mama punya ide fantastis yang memungkinkan kami bisa makan ayam rica-rica itu. Yaitu dengan mencuci ayam tersebut dengan air masak.
Iya sih, pedasnya berkurang, tapi rasanya juga tawar alias hambar, hahaha.
Kenangan lain yang masih teringat adalah, menjelang natal hingga tahun baru, rumah kami selalu dipenuhi lagu natal. Iyaaaa, bapak saya emang agak laen orangnya, hahaha.
Bapak kan dulu lumayan sukses ketika masih di Minahasa, jadi beliau punya tape dan pengeras suara beragam. Error-nya bapak, bukan hanya punya kaset lagu-lagu dangdut kesukaannya, atau lagu pop kesukaan mama. Juga lagu anak-anak buat saya dan kakak.
Cerita selengkapnya di blog reyneraea.com