Come to think of it, I realized that there are two key points that support my choice in adopting slow living. Keduanya hadir berbarengan dan ternyata saling mendukung satu sama lain.
Gue tidak pernah dengan sengaja merencanakannya. Bahkan pada saat itu terjadi, gue belum mengenal slow living. So, maybe it was a guidance from the Universe for me to live the ultimate life that I was aiming for.
Kunci yang pertama adalah keputusan untuk berhenti dari pekerjaan. Dan yang kedua adalah keputusan untuk menyewa rumah setelah keluar dari rumah fasilitas kantor.
Quitting my 9-5 job mengkalibrasi nyaris seluruh kehidupan gue. Gue seperti mulai dari titik awal, hanya saja bukan benar-benar nol. Ada sedikit modal tabungan untuk gue bertahan hidup sambil menata ulang kehidupan gue. Dan setelah menjalaninya selama delapan tahun, mata gue semakin terbuka bahwa pintu rezeki luas terbentang.