Sudah sekitar empat tahun gue menerapkan slow living, and I really wish that I had known it sooner karena ternyata ini adalah “kehidupan yang sebenarnya” that suits me perfectly. Hari demi hari gue diajarkan satu dan lain hal tentang hidup. Banyak trial and error juga, but my life has tremendously changed after applying slow living! It’s literally a whole new world – shining, shimmering, splendid. So, this is what my life is like after applying slow living for four years.
Slow living, yang lebih gue maknai sebagai intentional living, bikin gue sadar dan melihat bahwa tidak wajib hukumnya untuk menjalani hidup seperti apa yang diajarkan oleh society. Hidup bukan medan perang, juga bukan kompetisi. Hidup ga harus memaksakan diri, sikut-sikutan, dulu-duluan, cepet-cepetan, atau kaya-kayaan. Bekerja tidak selalu tentang jabatan mentereng, tempat kerja bonafide, gaji besar, atau as simple as pergi pagi pulang sore. Sukses juga bukan tentang harta, pangkat, jabatan, status sosial, termasuk hal yang menyangkut ranah pribadi seperti spouse dan anak.