Novel Jatisaba ini membuat saya berandai-andai, mungkin saya lebih baik nggak terlalu berharap dengan kisah romansa yang dibalut dengan konflik perdagangan manusia.
Pemikiran ini memiliki alasan kuat bagaimana kekecewaan saya dengan novel ini. Jujur, saya memang penyuka novel genre sejarah atau tema yang lebih diarahkan ke pedesaan. Apalagi saya melihat dua penulis favorit saya mengemukakan pendapat buku ini layak dibaca. Dan tentu, saya memilih buku ini juga karena terdapat embel-embel pemenang unggulan sayembara novel DKI tahun 2010. Akan tetapi, buku ini terlalu kaku untuk saya. Dari gaya penceritaan sampai konflik ceritanya.
Singkat cerita, sosok Mae ini baru saja pulang dari luar negeri ke desa Jatisaba hanya untuk mencari pengganti dirinya sebagai dere-dere atau calo TKI. Nah, bertepatan dengan itu, di desa Jatisaba lagi diselenggarakannya pemilihan kepala desa. Bertepatan itu juga, Mae bertemu dengan cinta pertamanya, si Gao.