dulunya Hari Ibu terbentuk dari sebuah kongres perempuan pertama di Indonesia, yang dilakukan di Jogjakarta pada tahun 1928.
Pertemuan yang diadakan selama 3 harian tersebut, dihadiri oleh beberapa perempuan hebat di masa itu. Dan mereka mendeklarasikan, bahwa perempuan juga punya hak untuk menunjukan intelektual.
31 tahun kemudian, tepatnya di tahun 1959, Presiden Soekarno meresmikan hari tersebut, sebagai Hari Ibu. Melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959.
Sejatinya, hari bersejarah itu disebut sebagai hari Perempuan. Namun, karena kata yang paling menggambarkan kaum perempuan adalah Ibu, karena panggilannya juga Ibu, tidak peduli dia telah mempunyai anak atau belum.
Eh siapa sangka kan, gara-gara penamaan Hari Ibu tersebut, maknanya jadi bergeser menjadi peringatan jasa wanita sebagai ibu terhadap anaknya.
Nggak salah juga sih, karena menurut saya, kiprah penting perempuan itu, bukan hanya ketika bisa terlihat berdaya untuk bangsa dan negara. Seorang wanita atau ibu yang fokus mengurus anak-anaknya sebaik mungkin pun, adalah perempuan hebat yang akan menjadi pencetak pemimpin bangsa ini.
Who knows kan?
Bagi saya, makna hari ibu ini, tak lepas dari makna awalnya, yaitu hari peringatan bagi kiprah penting perempuan, bukan hanya seorang ibu yang punya anak doang.
Dan karenanya, saya jadi teringat oleh perkataan beberapa orang yang sering saya dengar, ketika sedang mudik menjenguk ortu di Buton.
“Kamu kerja di mana, Rey?”
“Kerja di rumah saja”
“Bukan kerja itu kalau cuman masak dan cuci piring!”
Selengkapnya di blog reyneraea.com