Pelayaran selanjutnya dimulai. Perjalanan kali ini rasanya terasa lebih lama. Dan lagi, mereka berdua akan memasuki wilayah yang cukup luas, tentu dengan arus gelombang yang tiba-tiba derunya bisa bergemuruh sangat kuat atau dengan kehadiran angin badai yang tiba-tiba menerjang perahu kecil mereka dengan sangat hebat.
Kapten dan Awak Kapal berjaga. Dengan perbekalan yang ada di tangan, Kapten Kapal mengikuti peta dan catatan sebagai sarana navigasi jalan; memandu ke mana arah perahu akan berlayar. Dengan tangan kecilnya, Awak Kapal ikut mendayung perahu dengan kuat. Layar perahu yang terbentang masih sering dicek silih berganti oleh keduanya, untuk berjaga-jaga kalau ada bagian yang berlubang dan perlu ditambal.
Perahu berlayar. Kadang-kadang pelan sambil menikmati laut tenang dan pemandangan yang ada di hadapannya, kadang-kadang pula kencang didorong angin dengan sangat kuat. Kadang-kadang harus tiba-tiba mengubah kemudi karena ada terumbu karang yang besar di depan. Pada siang hari, terik matahari bisa saja begitu menyengat tubuh, sedangkan pada malamnya, dingin menusuk tulang hingga menggigil. Bahkan, ada pula saat matahari sedang memancarkan panas dan sinarnya begitu terang, tiba-tiba berubah diganti dengan awan hitam disertai petir yang menyambar. Bukankah memang begitu pelayaran kehidupan? Bukankah memang bahtera ini tidak luput dari suka-duka perjalanan?
Baca Selengkapnya
Visit Blog