Aku suka berlama-lama di dekat jendela. Memandang tempias hujan yang tertahan dibalik kaca. Pikiranku menerawang entah pergi kemana.
sekali-kali ke tempat pertemuan pertama kita di tengah kota. Dengan sedikit rasa sungkan, Aku menyambutmu dengan senyuman hangat hari itu.
Meski kutau senyumku memang tak terlihat karena tertutup topeng, begitu juga dengan kamu.
Kita waktu yang cukup lama untuk bertukar cerita di sebuah kafe bernuansa klasik, sambil memperhatikan pasangan yang sedang menikmati hangatnya mentari di taman kota.
Ini adalah pertemuan pertama kita. Dan kuharap tidak berakhir di sini. Bibirku selalu menyunggingkan senyum entah karena apa, dan aku pikir itu karena kamu.
Selepas pertemuan itu, segala hal tentangmu tiba-tiba menjadi seperti sebuah magnet yang selalu menarik.
Dan kau tahu, hari-hari berikutnya bertemu dengan sebuah candu wisata. Semalam … sebelum perjumpaan kedua kita, dadaku berdebar tak karuan, ada sesak yang menyeruak di dalam sana.
Meski berkali-kali kuusap dan kutenangkan, debar itu kian menyesakkan.