Puasa Saat Pandemi; antara suka dan duka
Salam sobat Bpers, gimana rasanya puasa di saat pandemi? Dan ini sudah memasuki tahun ke 3. Kalau dulu waktu awalan memang harus ketat sesuai protokol kesehatan jika ingin keluar. Banyak kabar di televisi untuk tarawih saja di batasi dan di jarak, dan sedihnya lagi di tahun 2020 si kakak nggak bisa pulang ke rumah. Rasanya suasana nggak seru waktu lebaran sebelumnya. Dan puasanya juga terasa hambar gitu, karena selalu di batasi, pasti ini juga dialamin orang lain.
Sebenarnya puasa ya seperti biasa, tapi keadaan sedikit berbeda. Kalau di desa dulu kalau mau sholat berjamaah di suruh memakai masker apalagi yang sholat jumat itu awalnya makai masker. Tapi alhamdulillah kabar baiknya puasa di masa pandemi ini keadaan membaik, pemerintah juga sudah membolehkan untuk tarawih di kota maupun desa, dan di bolehkan melaksanakan hari raya idul fitri.
Tahun ini status nya sudah endemi bukan pandemi. Tapi tetap apapun dan bagaimanapun keadaan harus menjaga kesehatan. Aku mau bagi cerita sama Bpers sebenarnya puasa kali ini itu rasanya kayak jadwalnya padat gitu. Padahal mah lumayan hahaha…
Kebetulan di desa aku itu musim tanam jadi ya harus terjun ke sawah. Khawatir pas selesai tanam tenaga habis, tapi alhamdulilah kayak biasa saja. Mau pandemi, endemi apapun itu di sini ya biasa melakukan kegiatan sehari-hari. Dan kebetulan ikut challenge bloger perempuan jadinya setiap hari ada aktifitas menulis. Selain nulis di blog, juga ada tugas buat makalah yang belum terselesaikan, serta tugas menulis lainya. Wah.. Tiap hari nulis terus nih. Tangan bisa keriting lama-lama.
Puasa dimasa pandemi ada manfaatnya juga lo… Dulu masih di larang bepergian jauh atau sekedar nongkrong sama teman saat masih gembornya virus. Justru larangan itu kita bisa melihat sisi kehidupan masing-masing, merenungkan dalam benak kita. Mungkin kalau nggak ada larangan bisa saja kita terlalu banyak menghabiskan waktu di luar rumah, jarang kumpul dengan keluarga. Dengan adanya larangan bisa merasakan hangatnya kebersamaan, namun bagi mereka yang jauh dari rumah nggak bisa merasakan hal itu. Manfaatnya ya juga ada, uangnya yang harusnya buat mudik bisa di tabung. Itung-itung buat masa depan dan bakalannya manfaat itu kembali pada kita, atau nggak bisa di transfer ke rumah orang tua.
Di saat seperti ini banyak waktu kita untuk membantu orang tua di rumah, karena bagi siswa dan mahasiswa masih dalam pembelajaran daring, kalau sekarang sudah masuk semua. Tapi setiap kampus dan sekolah punya aturannya sendiri – sendiri. Ada yang blanded learning, yaitu tatap muka dan daring. Jadi ada dua sistem, kemudian ada juga di buat shif pagi, siang, sore. Bisa juga masuknya seminggu gantian.
Sekian hari, minggu, bulan, akhirnya bisa merasakan seperti tidak ada pandemi covid. Mungkin masih ada di beberapa kota ada yang positif terkena covid. Dan perkembangan di berita jarang dikeluarkan dalam siaran. Coba kalau dulu sangat berduka sekali, banyak yang meninggal, suara ambulans setiap malam, ada kabar orang meninggal setiap hari. Sangat menakutkan kalau dulu, kalau sekarang sudah seperti biasa kayak sebelum pandemi. Tapi kalau keluar jauh masih tetap pakai masker.
Dengan adanya pandemi, kita bisa mengambil hikmah. Hikmah adalah mengetahui syariat yang tersembunyi. Dengan begitu kita harus menguatkan, mengokohkan dinul islam, menegakkan kebenaran. Bisa jadi Allah swt, menurunkan musibah supaya hambanya merenungkan dan kembali kepada sang pencipta.
Pandemi tahun 2020-2021 itu ujian buat umat muslim. Menyambut ramadhan seakan siapa yang disambut, alih-alih saat mau lebaran tiba di larang mengunjungi kerabat. Tahun 2020 malah sepi kayak nggak ada lebaran, setelah sholat id langsung pulang, jalanan juga sepi banget. Kalau tahun 2021 di desa mau membuka rumah dan lebaran, eh beberapa hari atau minggu ada berita lonjakan kasus covid.
Tinggal menanti ramadhan tanun ini, untuk saat ini waktunya menikmati ramadhan dengan baik. Kesempatan untuk banyak mencari pahala. Apapun kondisinya ramadhan harus istimewa, sudah berakhir duka kita. Selanjutnya tinggal suka yang tersisa…
Puasa saat pandemi bukanlah halangan kita untuk bahagia. Selama masih tertanam keyakinan bahwa masih ada cahaya harapan di bulan penuh berkah ini, maka Allah swt senantiasa melindungi hamba-hambanya. Waktu itu seperti pedang, jika bukan kita yang duluan maka pedang akan menebas. Di tahun ini jangan biarkan ramadhan berakhir hambar, isilah dengan pahala seperti bunga yang bertebaran diantara taman-taman bunga yang indah nan hijau.
Ucapan dariku untuk sobat BPers supaya semangat puasanya hehe…
Denganmu aku membuka pintu
Denganmu pula aku mendapat cahaya rahmatmu
Say alhamdulillah
Semoga bisa melaksanakan puasa sampai selesai ya…
#BPN30DayRamadhanBlogChallenge2022