Beberapa waktu lalu, aku mendapati statement dari mb Apik (penulis buku) yang kurang lebih memperbandingkan medan juang para perempuan dalam perannya sebagai seorang ibu. “Ibu rumah tangga, perangnya dengan rasa tak berharga” sedangkan “Ibu bekerja berperang melawan rasa bersalah.” Aku tidak bisa tidak setuju dengan pernyataan tersebut, sebab aku bahkan pernah mengalaminya dalam satu waktu. Merasa tidak berharga karena tidak bisa menghasilkan sesuatu yang disebut dari produktivitas (terlebih materi), juga dalam satu waktu merasa bersalah pada kurangnya perhatian dan waktu yang kuberikan pada anak dan suami karena tersibukkan dengan agenda mencari materi. Aneh yaaa… Tapi perasaan itu valid bukan? (meski dalam kondisi PMS :p)