Kembali lagi nih review buku dan kali ini ada satu novel yang menurut saya cocok dibaca kalau kamu sedang ingin melow atau lebih mendalami suasana yang sendu, mendung, dan malas ngapa-ngapain.
“Aku tak ingin cinta sejati. Tapi biarkan aku mencicipi cinta yang bukan hanya sesaat. Biarkan aku berjuang dan bertahan di sana. Biarkan aku tersiksa untuk terus belajar bersetia. Aku rela tenggelam di sana, sebagaimana segelintir orang yang beruntung mendapatkannya.”
Pembukaan yang cukup melankolis kan ya? Hehe. Oke, novel ini bercerita tentang seorang laki-laki yang di sepanjang kisahnya hampir selalu galau oleh perasaannya sendiri. Di usia yang sudah cukup mapan untuk menikah, ia tak kunjung menemukan perempuan yang akan menjadi pasangan hidupnya, padahal keluarganya selalu mendorongnya untuk segera menikah.
Bukan tidak ada perempuan yang ingin menikah dengannya, tetapi lebih pada dirinya sendiri yang masih terkurung dalam bayang masa lalunya. Ia seperti terpenjara dalam perasaan sedih pada masa lalu dan belum bisa sembuh hanya dengan mengganti seseorang masuk dalam hidupnya.
Nah, saya mau kupas satu persatu karena jujur ya, biasanya saya gak terlalu suka novel santai, tapi kali ini kok bisa sebagus itu?