Judul: Poirot’s Early Cases — Kasus-Kasus Perdana Poirot
Penulis: Agatha Christie
Penerjemah: Lanny Wasono
Desain sampul: Staven Andersen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 11, Oktober 2022
ISBN: 9789792229141
Tebal: 395 hlm.
Rating: 🌕🌕🌕🌘🌑
AGATHA CHRISTIE! Setelah selesai baca koleksi The World’s Favourite-nya, boleh dibilang I’m officially a fan! Dalam hal ini, aku semakin mirip mamaku saja 😆 Antologi yang aku baca itu memang keren, tapi aku cukup terengah, karena langsung disodorkan dengan tiga novel penuh. Maka, untuk bacaan berikutnya, aku memilih mulai dari salah satu kumpulan cerpennya, apa lagi kalau bukan cerpen-cerpen Hercule Poirot.
Poirot’s Early Cases, walau katanya “early“, bukanlah koleksi yang diterbitkan di awal karier Christie (lihat daftar tahun terbit yang kubuat di sini). Pihak penerbit, yang merasakan Christie sudah mendekati tutup usia, mengajak Christie menerbitkan cerpen-cerpen yang sebelumnya belum pernah dirilis. Beberapa reviewer di Goodreads mengatakan, ada sejumlah judul yang tampaknya dikembangkan Christie menjadi novel panjang, sehingga bila kita sudah membaca versi novelnya, kita akan langsung mengenali plot yang terasa akrab, walau tidak sama persis.
Terdapat 18 kasus di dalam kumcer ini, berikut judul-judulnya dan rating aku untuk tiap judul:
Seorang viscount mengadakan pesta dansa berkostum di rumahnya. Pada hari itu juga, ia ditemukan mati dengan pisau makan tertancap di jantungnya. [Rating saya: 🌕🌕🌗🌑🌑]
Seorang nyonya mendatangi Poirot: juru masaknya lenyap. Awalnya sang detektif berpikir ini hanya isu rumah tangga biasa, namun persoalannya tidak sesederhana yang terlihat. [Rating saya: 🌕🌕🌗🌑🌑]
Poirot memutuskan untuk menganggap serius klaim seorang wanita yang belakangan sering sakit perut dan berpikir dirinya sedang diracun. [Rating saya: 🌕🌕🌑🌑🌑]
Kasus penculikan anak yang agak konyol, tapi lumayan seru dalam kesederhanaan plot dan motifnya. [Rating saya: 🌕🌕🌗🌑🌑]
Seperti sebelumnya, cerita yang sederhana tentang pencurian batu permata. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌘🌑]
Seorang wanita tiba-tiba muncul di jendela rumah sebuah keluarga dengan pakaian bersimbah darah. Tunangannya meminta bantuan Poirot untuk membersihkan tuduhan pembunuhan atas wanita tersebut. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌕🌑]
Keluarga Lemesurier konon dilanda kutukan turun-temurun akibat dosa salah satu nenek moyang mereka. Poirot bertekad mencegah jatuhnya korban baru dan mematahkan kutukan tersebut. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌗🌑]
Poirot menceritakan sebuah kasus lampau tentang pembunuhan seorang Tionghoa yang menyimpan peta tambang timah di Myanmar. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌑🌑]
Poirot menyelidiki pembunuhan anak perempuan raja baja Amerika yang bepergian dengan Plymouth Express. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌘🌑]
Hastings bertanya kepada Poirot apakah ia pernah gagal menangani suatu kasus. Poirot pun menceritakan salah satu kegagalan yang ia anggap paling memalukan. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌗🌑]
Poirot dipanggil tengah malam oleh seorang pejabat karena rancangan kapal selam Inggris yang baru tampaknya dicuri. Poirot mesti memecahkan kasus ini dalam beberapa jam sebelum rahasia negara jatuh ke tangan pihak asing. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌑🌑]
Seorang perempuan muda kehilangan kunci flatnya. Dua teman laki-lakinya mencoba masuk lewat lift batu bara. Tetapi, mereka salah masuk flat dan malah menemukan mayat. Poirot, yang tinggal di flat lantai lima, siap membantu. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌕🌑]
Hastings mengajak Poirot berlibur ke Charlock Bay. Di tengah perjalanan, seorang wanita muda mengalami pencurian atas barang antik yang ia bawa. [Rating saya: 🌕🌕🌘🌑🌑]
Poirot, Hastings, dan Inspektur Japp sedang berakhir pekan bersama di sebuah desa ketika anak buah Japp membawa kabar tewasnya seseorang yang kelihatan seperti bunuh diri. [Rating saya: 🌕🌕🌕🌕🌑]
Poirot mencegah terjadinya suatu pembunuhan—dan memberi kesempatan kedua kepada si calon pembunuh. [Rating: 🌕🌕🌕🌕🌑]
Poirot dan Hastings merampok sebuah rumah—demi menggagalkan perampokan. [Rating: 🌕🌕🌕🌗🌑]
Di atas kapal pesiar, Poirot memecahkan misteri tewasnya istri dari seorang kolonel—istri yang menyebalkan, dan banyak orang ingin melihatnya mati. [Rating: 🌕🌕🌕🌑🌑]
Seorang wanita tua menulis surat minta tolong kepada Poirot. Tetapi dalam beberapa hari ia mati mendadak. Poirot datang ke rumah wanita tersebut dan mengagumi isi kebunnya yang tidak biasa. [Rating: 🌕🌕🌗🌑🌑]
*
Seperti yang teman-teman lihat, kasus favoritku adalah “Raja Klaver”, “Flat di Lantai Tiga”, “Misteri di Market Basing”, dan “Sarang Lebah”. Empat cerpen ini yang menurutku paling menarik plotnya dan paling terang penjelasannya. “Sarang Lebah”, terutama, serasa menyentuh lapisan jiwa manusia yang lebih dalam, yang lebih dari sekadar menikmati sebuah cerita yang baik. Cerpen ini berbicara tentang kesempatan kedua, dan tentang kemampuan manusia untuk memilih sisi mana dari dirinya yang akan ia ikuti: apakah sisi mulia atau sisi keji. Dan terkadang, yang diperlukannya untuk menyadari kesempatan ini hanyalah seseorang yang berani memperingatkan.
Masalahku dengan kumcer ini hanyalah laju yang terburu-buru di beberapa tempat. Poirot jadi terlihat seperti cenayang dan bukan detektif, karena ia lebih mengandalkan spekulasi (yang kebetulan tepat, mungkin karena sudah terasah) daripada bukti-bukti yang solid. Memang, perbedaan Hercule Poirot dan Sherlock Holmes terletak pada metode deduksi Poirot yang cukup banyak mempertimbangkan psikologi manusia untuk membantu menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan. Tapi, di dalam novel panjang, bukti yang lebih banyak ternyata amat menolong dalam membangun konklusi yang lebih mantap. Ya mungkin ini kekurangan dari format cerpen itu sendiri ya, yang terbatas oleh jumlah halaman.
Kumcer ini direkomendasikan untuk teman-teman yang penasaran dengan Agatha Christie dan Hercule Poirot, tapi masih ragu untuk langsung terjun ke format novel. Hanya saja, teman-teman tetap perlu keep in mind kekurangan yang aku sebut di atas itu, supaya tidak kecewa dan berkesimpulan “Agatha Christie ternyata ‘begini doang’”.