Hello readers! Welcome back to my review board again. Kali ini saya akan membagikan ulasan novel Selamat Tinggal dari karya Tere Liye, sebuah novel yang terbilang cukup lama nganggur di rak buku saya tapi baru sempat saya selesaikan hari ini.
Novel Selamat Tinggal adalah buku kedua dari Tere Liye yang telah saya baca di awal tahun ini. Seperti biasa, judul setiap novel dari Tere Liye memang selalu tricky. Isinya sangat jauh berbeda dari ekspektasi oleh para pembacanya. Meskipun saya sudah bisa menebak kalau cover dan isinya pastilah sangat bertolak belakang, tapi tetap saja saya selalu salah menduga dengan tiap alur yang di dalam setiap novel Tere Liye.
Nah, lalu seperti apa kisah dari dalam novel Selamat Tinggal ini? Silahkan menyimak review saya berikut ini.
Kita tidak sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, bahkan berbuat jahat, menyakiti orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah. Berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaiki, dan menebus kesalahan tersebut.
Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu. Jangan cemas. Tinggalkanlah kebodohan dan ketidakpedulian. “Selamat Tinggal” suka berbohong, “Selamat Tinggal” kecurangan, “Selamat Tinggal” sifat-sifat buruk lainnya.
Karena sejatinya, kita tahu persis apakah kita memang benar-benar bahagia, baik dan jujur. Sungguh “Selamat Tinggal” kepalsuan hidup.
Selamat membaca novel ini. Dan jika kamu telah tiba di halaman terakhirnya, merasa novel ini menginspirasimu, maka kabarkan kepada teman, kerabat, keluarga lainnya. Semoga inspirasinya menyebar luas.
Membaca tiap bab dari novel Selamat Tinggal ini serasa membaca uneg-uneg sekaligus kritikan Tere Liye terhadap dunia penerbitan dan kepenulisan saat ini. Maraknya kasus buku bajakan yang secara terang-terangan dijual di berbagai toko buku offline hingga toko online sepertinya membuat Tere Liye semakin lantang menyuarakan kasus ini lewat novelnya. Bukan Tere Liye namanya kalau tidak berani menyuarakan opininya lewat situasi dan kondisi terkini. Selain soal buku bajakan, di dalam novel ini Tere Liye juga membagikan sindiran-sindirannya tentang berbagai layanan streaming bajakan seperti film hingga pertandingan olahraga yang merugikan banyak industri.