Sebenarnya keputusan nonton Film Teka Teki Tika ini karena habis nonton podcast Dedy Corbuzier dan Ernest Prakasa. Pengen lihat seberapa jauh improvisasinya Ernest, yang katanya film kali ini agak beda. Terus saya juga suka banget sama film Ernest yang sebelumnya, Imperfect karena mengusung isu feminisme. Ditambah dalam film TekaTeki Tika ini, Ernest membawa isu korupsi sebagai isu utama. Barangkali, itulah beberapa hal yang akhirnya membuat saya memutuskan nonton film Teka Teki Tika.
Menit-menit awal nonton Teka Teki Tika, saya merasakan vibes ala-ala drama korea penthouse, atau drama korea thriller yang lain. Ciri khasnya bir, design interior klasik mewah, dan konflik khas kelas atas. Seketika itu pula, saya tidak ingin sok tahu tentang alur cerita ini karena biasanya genre seperti ini pasti plot twis.
Teka Teki Tika sebenarnya sebuah konflik drama keluarga menengah atas yang biasa. Tapi, ia membawa realitas yang terjadi ditengah masyarakat sekarang ini. Mulai dari korupsi, proyek pemerintah yang jadi rebutan, politisi selingkuh dengan pebisnis serta air mata yang menggenang tapi tidak pernah diperhitungkan.