Membaca cerita laga sungguh bisa meningkatkan hormon adrenalin. Terlebih cerita series besutan penulis Tere liye yang bisa mengajak kita bermain dengan imajinasi. Kali ini, saya akan mereview novel fiksi laga dari Tere Liye, yang berjudul Pulang-Pergi. Novel ini adalah salah satu dari series Pulang-Pergi, yang dibaca setelah Pulang, dan Pergi.
Awalnya saya mengira akan membosankan membaca sesuatu yang bukan termasuk saya banget, action thriller? Saya si melankolis lebih menyukai Novel berbau kisah yang bisa membuat air mata saya menetes. Namun, ternyata Tere Liye bisa meramu novel aksi itu dengan sangat menarik. Cerita yang kaya ilmu, karakter yang penuh dengan kemampuan bertarungnya, serta alur yang menarik. Jadilah saya mencoba membaca novel tersebut dan mereviewnya. Siapa tahu kalian butuh bahan bacaan di ramadhan ini. So, let me tell you!
Novel ini membahas kehidupan shadow economy dan para pelakunya serta bagaimana tokoh Bujang terlibat di dalamnya. Latar tempat yang digunakan cukup menarik yaitu beberapa negara Eropa seperti Rusia, Negara baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania), Ukraina. Selain itu juga Indonesia, Hongkong, dan Jepang. Tidak hanya aksi laga yang dideskripsikan dengan menarik, tapi nuansa alam yang terlihat epik di imajinasi saya. Alur yang digunakan yaitu alur maju. Penulis menceritakan peristiwa secara runut dari awal hingga akhir.
Jika dianalisis menggunakan plot dasar (Booker, 2010) maka novel ini menggunakan plot menaklukkan monster, dimana monster di sini adalah pengkhianat Natascha dan sekutunya. Adapun jika dijabarkan menurut stage dari plot tersebut, sebagai berikut:
Nah itu tadi beberapa cuplikan review mengenai Novel Pulang-Pergi versi saya, untuk selengkapnya bisa langsung membaca di blog saya ya.
“Itulah yang disebut teman sejati Thomas. Kita saling menghormati keputusan teman. Kau tidak suka dengan keputusanku, tapi kau menghormatinya. Besok lusa, aku tidak setuju keputusanmu, aku akan manghormatinya dengan segenap darahku.” Bujang kepada Thomas.
@devvyapriani