Sebenarnya cerita perjalanan ini udah lama banget, sekitar awal tahun lalu (Januari 2021). Tapi rasanya sayang banget kalau saya nggak nulis di blog ini. So, yeah selamat membaca gaesss…
Saya melakukan perjalanan ditemani my boyfie. Kami berangkat dari Semarang menuju ke Yogyakarta menggunakan motor Nmax tahun 2019, minjem dari Mbak saya. Hehe… Perjalanannya kami mulai sore menjelang maghrib lah ya. Mungkin sekitar pukul 4.00 WIB. Kami memutuskan berangkat jam segitu karena Sabtu saya dan mas masih harus kerja setengah hari. Yasudahlah, selesai kerja istirahat bentar leyeh-leyeh baru gasss road trip naik Nmax.
Perjalanan Ini Janganlah Cepat Berlalu Uuuuu…
Yang menjadi sopir kali ini tentu saja mas. Nggak mungkin saya, kan? Selain karena belum ahli naik motor juga karena emang saya tidak tahu jalannya. Jadi, sepanjang jalan Semarang-Yogyakarta saya cukup menjadi penumpang ajaah!
Rute yang kami lalui yaitu dari Semarang-Ungaran-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta. Alasan memilih rute ini sih ‘kata Google Maps’ lebih cepat dibandingkan dua rute lainnya yaitu sekitar 2 jam 45 menitan (tapi kayaknya lebih deh ya hehe). Selain itu juga karena mas sopirku bilang kalau dia lebih familiar dengan rute ini. Okelah… saya manut aja.
Di sepanjang perjalanan sih kami ya begitu-begitu saja. Lalu lintas tidak terlalu padat meskipun malam minggu. Tapi ada sedikit kejadian yang dag dig dug. Apa tuch? Helmnya mas kacanya sudah apnormal alias nggak bisa dinaikkan dan kacanya burem banget. Kalau mau tuker sama helm saya, helm saya juga ga normal-normal banget. Tapi syukurnya mas saya keren. Dia tetap bisa mengantarkan kami sampai di Jogja dalam kondisi sehat wal afiat meskipun harus teles gebes kehujanan.
Iyaps, kondisi lain yang membuat kami layaknya seperti road triper sejati adalah kami kehujanan di sepanjang jalan. Sebenarnya sih kurang sekitar 30 menit lagi untuk sampai penginapan kami, tapi hujannya keburu lebat. Kami harus menepi untuk memakai jas hujan dan menunggu hujannya nggak terlalu deras agar bisa gas lagi.
Selain helm yang apnormal, kehujanan di jalan, ada satu masalah lagi nih. Karena kami berangkat serba dadakan, jadi ada barang mas yang ketinggalan. Charger HP dia ketinggalan dan kami harus mencari counter HP yang masih buka jam setengah 12 malam di Yogyakarta. Tapi untungnya masih ada yang buka dan yaudah mas beli deh.
Sesampainya di penginapan, kami check in — lebih tepatnya mas yang check ini, saya nunggu di motor aja. Setelah menaruh barang-barang di kamar, kami kelayapan lagi buat cari makan. Nah, pas momen cari makan ini juga sedikit menyebalkan sih. Saya udah bilang ke mas buat makan angkringan deket penginapan aja, eh dianya malah muter-muter dulu cari makanan yang lain. Yakali jam segitu… ya nggak nemulah. Akhirnya yasudah balik ke saran saya di awal makan angkringan di dekat penginapan. Ribet emang ya muda mudi ini. Haha
Penginapan
Buat penginapan, kami pesannya dari aplikasi — lupa apa aplikasinya. Kami sudah pesan dari saat masih di Semarang. Jadi, sesampainya di sana kami tinggal check in saja. Oiya, cara ini bisa kalian contoh lhoh biar lebih hemat waktu dan uang. Hemat waktu karena kalian nggak harus muter-muter cari penginapan atau searching penginapan saat sampai di kota tujuan. Ini juga buat jaga-jaga kalau misal sampai kota tujuannya malam seperti saya. Hemat uang karena pesan di aplikasi biasanya lebih murah, entah memang harga yang ditawarkan lebih murah atau karena ada diskonnya.
Kami menginap di semacam Signature Homestay dengan harga sekitar 100 ribuan per malam (tanpa sarapan). Saya lupa harga pastinya. Lokasinya ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, deket banget sama Tugu Jogja.
*buat informasi lebih jelas tentang penginapannya, saya tulis terpisah aja yaa ^^
Mau ke Mana Kita???
Keesokan harinya kami memulai untuk menjelajah Jogja. Kami check out lebih awal karena di hari yang sama harus balik ke Semarang. Sekitar pukul 09.00 WIB kami check out dan melanjutkan perjalanan ke Pantai Gumuk Pasir. Pantai Gumuk Pasiiiir, I’m cominggggg…!!!
Nah, di sepanjang perjalanan ini kami mampir di Sop Ayam Klaten. Rasa sop ayamnya sih enak, harganya murah, tapi porsinya sedikit hehe. Ya nggak apa-apa lah ya, yang terpenting bisa mengisi perut. Kami pesan 2 nasi dan 3 sop ayam. Setelah cukup kenyang lanjut gaass lagi otewe ke Pantai Gumuk Pasir.
Pemilihan destinasi wisata ini pure saya ya. Mas nggak ikut campur. Alasannya adalah memang saya yang sedang kangen sama Jogja. Ada kenangan membekas yang saya simpan di Jogja. Kenapa Pantai Gumuk Pasir? Karena saya dulu pernah bekerja di institusi pemerintahan. Kerjaan saya memilih foto-foto kegiatan dan salah satu foto kegiatan itu ada di Gumuk Pasir, Yogyakarta. So, kenapa nggak kalau saya ke pantainya dan nanti bisa mampir ke Gumuk Pasirnya.
Pantai dan Gumuk Pasir
Buat masuk ke Kawasan Wisata Gumuk Pasir ini, kami dikenai retribusi kalau nggak salah 10ribu rupiah (sorry rada lupa). But, I thought worth it. Karena ini itu kawasan wisata, which is nggak hanya satu tempat wisata saja yang bisa kita kunjungi. Nah, di kawasan wisata ini saya dan mas ke Pantai dan Gumuk Pasir.
Ohiya ada cerita lucu… Jadi, rencana saya adalah ke Pantai Gumuk Pasir. Kami mengikuti arahan Google Maps nih, tapi di titik mapsnya kami nggak menemui Pantai Gumuk Pasir. Di sepanjang jalan maps itu adalah pantai dan ada namanya sendiri-sendiri. Ada Pantai Penyu, dan lainnya. Aduhhh saya lupa nama pantai yang saya masuki. Tidak begitu bagus sih aslinya, tapi alhamdulillah cukup mengobati rasa kangen saya dengan pantai di Jogja.
Destinasi selanjutnya adalah Gumuk Pasir. Lokasinya dekeeett banget sama pantai itu. Jadi, lokasinya itu sebelah kiri kawasan pantai dan sebelah kanan Gumuk Pasir. Sebenarnya bisa saja jalan kaki, tapi karena kami ingin langsung jalan ke destinasi lain jadi kami bawa motornya dan parkir di dekat Gumuk Pasir.
Gumuk Pasir ya literally pasir yang luas dan sedikit berbukit gitu. Pasirnya putih dan ada beberapa tanaman kaktus yang bisa kita gunakan buat foto-foto. Di sana juga ada penyewaan mobil trail, tempat duduk, dan ayunan. Sayangnya, saya nggak bisa berlama-lama di sana karena hujan. Saat hujan suasana Gumuk Pasir jadi berubah nggak indah. Pasir putihnya jadi hitam terkena air dan basah gitu. Kabutnya juga membuat suasana lebih gelap. Saya dan mas melipir ke warung makan. Memasan indomie, kelapa muda, dan mas izin buat merokok dengan alasan biar nggak ngantuk — halaahh alasan ajah!
Malioboro
Setelah hujan reda, kami melanjutkan untuk ngegas si Nmax menuju Kota Yogyakarta. Kami menuju ke Malioboro. Tapi sayang banget sih karena kami harus menemui hujan lagi. Kali ini, mas bertukar helm dengan saya dan saya baru merasakan betapa apnormalnya helmnya mas. Haha.
Malioboro saat itu suasanya sedikit sepi. Selain karena kondisi pandemi, hujan juga mempengaruhi. Saya hanya beli topi bucket seharga 45rb rupiah dan mengambil foto di dekat penjual sate ayam. Kami juga tidak makan di Malioboro meskipun kami lapar. Kalian pasti tahu alasannya kan? Iyaps, karena kami berhemat. Konon katanya sih harganya lebih mahal karena lokasinya di tempat wisata.
Sayonara Jogjaaa, see you again yaaa…
Yaps, selesai sudah road trip kilat saya bersama my boyfie di Yogyakarta. Kami harus kembali ke Semarang melewati jalur yang sama. Saat diperjalanan, kami mampir di Bakso Mas Bambang. Asli sih itu enak banget. Apalagi pas laper dan gerimis-gerimis syahdu. Belum lagi pas kami beli sedang ada diskon. Alhamdulillah. Rejeki anak sholeh dan sholehah yahhh! Kami sampai di Semarang sekitar pukul 10.00 WIB malam dan mampir sebentar untuk menikmati kopi di Alun-alun Ungaran. Ah, syahduuuu….
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Pelajarannya sih pasti harus prepare dengan baik. Tentukan mau menginap di mana, destinasi wisata ke mana saja, barang-barang apa aja yang harus di bawa. Buat kalian yang road trip, pastikan kendaraan dan perlengkapan kalian dalam kondisi baik. Siapkan biaya yang cukup dan estimasi pengeluaran yang baik. Tentu saja yang paling penting, “berdoa, jaga sikap dan sopan santun!”
Saya sih berharap semoga bisa road trip bareng lagi sama My Boyfie. Bisa roadtrip naik kendaraan yang lebih proper, ye kan??? Aamiin…