Almarhumah Ibu saya memiliki banyak selendang padanan gaun tuniknya. Selendang itu dipakai sebagai penutup kepala seperti Ibu Fatmawati. Ketika ibu saya wafat, selendang dan baju-baju dibagi-bagi, namun 15 tahun kemudian, masih tersisa banyak baju dan selendang. Saya pun berinisiatif mengubah baju dan selendang menjadi sajadah agar bermanfaat dan menjadi doa untuk Ibu.
Setiap sajadah punya cerita masing-masing tentang ibu yang menghidupi keluarga dengan menjahit. Dengan usaha jahitan itu, anak-anak bisa kuliah setelah Bapak pensiun dan kemudian wafat.
Saya akan ceritakan salah satu sajadah yang saya buat dari sehelai selendang dengan palet warna lembayung (merah ke arah ungu) dan biru. Selendang itu sudah cukup cantik menjadi sajadah. Artinya, saya tinggal menggunting panjangnya, agar sesuai dengan ukuran yang saya kehendaki. Namun saya “gatal” untuk mengubahnya jadi “tidak tertata”. Saya buatlah desain zig-zag, dengan mengambil inspiasi dari crazy quilt.
Mengapa zig-zag? Ini ada ceritanya. Ikuti lanjutannya di blog saya. Ada tekniknya juga di sana.
Ikuti