“PRJ lautan manusia nggak kuaaat.”
“Ngapain sih ke Jakarta Fair orang lebih murah di online shop.”
“Masuk JFK mahal banget sekarang, mana gratisannya dikit.”
Komentar-komentar tersebut kurang lebih sering gue temukan di sosial media kalau nyari yang berhubungan dengan Pekan Raya Jakarta (PRJ) / Jakarta Fair / Jakarta Fair Kemayoran (JFK).
Tapi walaupun super ramai, promonya nggak seberapa, dan masuknya lumayan mahal, kenapa pesona event tahunan khas Jakarta ini tetep bisa menarik perhatian banyak orang?
Sejarah
Sejarah sedikit, di tahun 1968 Haji Syamsudin Mangan Ketua Kamar Dagang dan Industri membuat Pekan Raya Jakarta dengan tujuan untuk menyatukan pasar malam dari seluruh wilayah Jakarta serta memamerkan produk lokal. Awalnya diselenggarakan di Monumen Nasional (Monas), namun selang berjalannya waktu pindah ke Jakarta International Exhibition (JIEXPO) Kemayoran.
PRJ selalu diadakan menjelang hari ulang tahun Jakarta yaitu tanggal 22 Juni dan berlangsung selama satu bulan.
Bagi yang bingung nyebutnya apa sih? PRJ, Jakarta Fair, atau JFK? Sebenernya sekarang secara official disebut Jakarta Fair Kemayoran, cuma gue dan orang-orang sekitar tetep bilangnya PRJ. Tidak masalah mau nyebutnya apa. Bebaaas.