Di Indonesia dan Aceh khususnya, mahasiswa dengan tingkat stres tinggi kerap terjadi pada mahasiswa semester delapan. Tidak jarang mereka menyerah di penghujung perjuangan karena merasa tidak mampu menghadapi beban kuliah. Padahal semester delapan bukanlah semester yang perlu didramatisir sedemikian rupa. Kalau dipikir-pikir lagi, semester delapan kan hanya tersisa dua mata kuliah lagi yaitu KKN dan skripsi. Itu juga kalau mulus tanpa ada mata kuliah pengulangan semester genap.
Kebanyakan mahasiswa merasa stres dan tertekan dengan skripsi. Alasannya beragam pula, mulai dari dosen pembimbing susah ditemui atau banyak coretan di skripsi. Padahal skripsi nggak semenyeramkan itu, kok. Mengerjakan skripsi itu slow but sure saja. Jangan dikejar tayang, karena jika memang sudah saatnya boleh lulus akan menuju ke meja hijau. Kalau tidak silahkan tambah semester. Tidak ada dosen yang berniat menghambat mahasiswa bimbingannya. Mahasiswa saja yang sering menganggap dosen itu sebagai penghambat masa depannya. Kelulusan mahasiswa tepat waktu adalah track record-nya dosen. Kualitas skripsi mahasiswa juga harga mati keilmuan dosen. Bukan mengharap sempurna, tapi layak sidang.