Seringnya solo traveling nggak selalu membuat saya tenang-tenang saja ketika akan berangkat. Biasanya muncul perasaan was-was alias ketakutan sendiri beberapa hari sebelum berangkat tapi excited, bingung kan. Bahkan pernah juga muncul pemikiran akan membatalkan keberangkatan.
Dari sekian banyak pengalaman solo traveling, rasa was-was yang paling gede muncul sewaktu akan trip ke Malaysia – Vietnam. Perkara pertama adalah seminggu sebelum keberangkatan terjadi insiden jatuhnya pesawat Malaysia Airlines yang diperkirakan jatuh di perairan Vietnam. Kalut dah tuh jadi berangkat apa enggak. Pikiran sudah parno saja, karena terbayang-bayang rute pesawat nantinya juga dari Kuala Lumpur – Vietnam yang mungkin saja melewati rute yang bisa saja sama dengan rute Malaysia Airlines tadi.
Perkara kedua adalah katanya dan katanya kalau Vietnam ini “serem” buat seorang solo traveler. Nah lho. Makin parno.
Tapi perkara ketiganya adalah saya amat sangat nggak mau rugi juga buat menghanguskan tiket, secara tiket promo yang susah buat di-refund dan planning trip ini sudah dibuat hampir setahun sebelumnya.
Sebenernya saya pengen cerita soal stranger tapi pembukaannya bertele-tele 🤣
Perjalanan Malaysia sebenarnya bukan yang pertama kali saat itu #sombongnya #plak, sudah seperti perjalanan Jember ke Surabaya saja, sudah biasa dan santai bawaannya.
Waktu itu, perjalanan memang saya buat khusus tujuan ke Penang ketika di Malaysia.
Sama seperti traveler lainnya, beberapa hari sebelum keberangkatan sudah survey lewat mbah Google destinasi mana saja yang dimau dan transportasi menuju ke destinasinya itu.
Jadi disinilah akar rasa ketakutan saya dimulai.
Perjalanan pulang dari Penang Hill balik ke Tune Hotel, saya pilih dengan menggunakan bis kota. Di dalam bis, semua penumpang juga cuek-cuek saja, asik dengan dirinya masing-masing. Tapi ada satu penumpang cowok yang selalu memperhatikan ke saya dan ketika ada satu bangku kosong di dekat saya, dia tiba-tiba beralih ke bangku kosong itu. Dan dimulailah percakapan singkat.
“Indonesia?” tanyanya
“Iya”, jawab saya dengan sok ramah
Kemudian dia bertanya, kemana tujuan saya. Tentu saja, nggak saya jawab kalau mau ke Tune Hotel.
Lalu saya jawab “Komtar”
Iya, komtar ini adalah semacam terminal bis tapi dekat juga dengan tempat perbelanjaan. Mungkin seperti Blok M gitu ya yang deket sama terminal.
Dan dari hasil obrolan singkat tadi, si cowok itu adalah pekerja dari Indonesia juga, tapi sudah lama bekerja di Penang.
Bis berhenti di tempat yang kata kondekturnya adalah titik turunnya ke Komtar, saya sendiri ragu awalnya untuk turun disana. Tapi si cowok tadi mengisyaratkan seolah-olah
“turunlah disini, ini tujuanmu”, dengan tatapan mata yang gimana gitu
Akhirnya saya turun dari bis dan mengikuti arah orang-orang menuju Komtar.
Di area Komtar ini, saya merasakan kalau si cowok tadi mengikuti kemana arah jalan saya. Saya menyeberang ke sisi lain terminal, berjalan cepat sambil bolak balik menengok ke belakang untuk memastikan keberadaan si cowok tadi dan tentu saja dag dig dug.
Rute jalan dari Komtar untuk menuju hotel, akan melewati beberapa café dan karena saya sudah merasa nggak aman dan nggak mungkin untuk lanjut jalan ke hotel, saya pura-pura belok ke dalam café. Dannnnn mau nggak mau akhirnya pesan menu juga di café ini. Cukup lama saya berada di dalam café sembari menenangkan diri.
Dan dalam hati cuman bisa berkata “sialan sialan sialan, tenang calm tenang”
Perjalanan selanjutnya dari Malaysia ke Vietnam.
Ini nih yang dari awal saya rencanakan sebelum berangkat, yaitu membuat pepper spray. Browsingnya sampai niat betul tapi nggak terealisasi juga. Alasannya karena saya mikir, nanti kalau mencelakai orang asing di negara asing pula, gimana nasib saya, jangan-jangan nanti ditahan di kantor polisi sana. Meskipun maksud membawa pepper spray ini buat antisipasi perlindungan diri saja.
Baca Selengkapnya
Visit Blog