Dua malam ini gue tidak bisa tidur cepat dan nyenyak. Pikiran gue terus berputar-putar pada hal yang terjadi hari itu. Ada rasa kesal, sedih, dan kasihan campur aduk jadi satu dan gue ga tau tindakan apa yang seharusnya gue ambil. But one thing for sure… menyerah… karena hal itu di luar kontrol gue.
But as always, it’s easier said than done.
Mantra yang mengingatkan gue untuk menyerah saja hanya bertahan sekitar dua detik sebelum akhirnya gue kembali terseret pada black hole pikiran terhadap kasus tersebut. Bak diberi fuel dari memori masa lalu, rasa kesal itu terus mengitari bak komidi putar yang membuat gue terjaga nyaris hingga subuh tiba.
Di hari kedua, kesadaran gue pun semakin getol untuk mengingatkan gue akan salah satu prinsip dari Sedona Method-nya Lester Levenson bahwa emosi dari rasa kesal itu hadir karena adanya rasa ingin mengontrol.