Mas arza…
Dek misha…
Tau nggak, dulu 20 tahun lalu, kalau ibuk ditanya orang apa cita cita ibuk, maka akan ibuk jawab “jadi ibu”. Saat itu, ibuk merasa bahwa ibu adalah malaikat berwujud manusia. Bagaimana tidak, bahkan hanya dengan melihat wajahnya, bahagia menguar kemana mana. Dalam peluknya, damai menjadi nyata.
Lalu sekarang, berkat kalian, ibuk meraih apa yang ibu cita-citakan. Menjadi ibu. Bukankah kalian hebat? Terimakasih ya. 😊 Apakah untuk kalian, ibuk juga terasa seperti malaikat seperti pikiran ibuk dulu? Ibuk tau ibuk tak sebaik itu. Maka biarlah cinta, dan kasih ibuk yang menebus semuanya.
Tau nggak, karena kalian ibuk akhirnya tau bagaimana rasanya mencintai tanpa tapi. Kalian harus tau, ibuk mencintai kalian bahkan sejak kalian belum mewujud. Sejak kalian masih berupa doa yang ibuk panjatkan dalam setiap sujud bersimpuh. Sejak kalian masih berupa cinta yang bertemu di ruang biologis manusia. Sejak kalian masih berupa gumpalan merah darah.
Kalian masih ingat nggak waktu ibuk tersenyum bahagia saat melihat langkah langkah pertama kalian? Ingat? Saat ibuk memeluk haru sambil berseru “selamat, sayangku!”. Ibu menahan tangis kuat-kuat. Di hari pertama kalian tengkurab, berguling, merangkak, memanjat, berjalan, sampai akhirnya bisa memanggil ibuk dengan lantang. Rasanya itu adalah momen terbaik di hidup ibuk, nak. Sekali lagi terimakasih ya, kalian telah memberi memori yang indah untuk ibuk. Nanti ibuk ceritakan ke Tuhan, kalau kalian anak yang baik, dan istimewa.
Ternyata menanti kalian besar itu hanya sebentar ya. Rasanya baru kemarin ibuk menimang kalian, sekarang kalian sudah pintar mengutarakan cinta ke orang lain. Rasanya baru kemarin ibuk begadang setiap malam, sekarang kalian sudah bisa menggenggam mesra tangan orang lain. Padahal dulu ibu sering mengeluh tiap kalian minta digendong semalaman. Sering jengkel karena pekerjaan rumah tak kunjung usai karena kalian menyebar mainan.
Sekarang ibu yang kesepian. 😊 Ternyata waktu dan kalian bergandengan, berlari menjauh lebih cepat dari yang ibuk sangka. Andai waktu bisa berulang, ibuk ingin memeluk kalian lebih lama. Tapi, kehidupan tak menawarkan penyesalan. Jadi, biarlah kalian berlari. Ibuk akan menunggu. Kalau kalian lelah dengan kesombongan dunia, pulanglah, nak. Ada ibuk. Mengadu lah. Menangis lah. Biarlah kalian rapuh di hadapan ibuk. Nanti ibuk punguti hati yang berserakan itu. Kita satukan sama-sama.
Duh. Ibuk kok jadi pengen nangis.
Tau nggak, tiap memandangi kalian saat terlelap, ibuk selalu takut tak cukup mampu membesarkan kalian dengan baik. Apakah ibuk sudah mengajari hal-hal baik, apakah ibuk sudah memberikan kalian pendidikan yang layak, apakah ibuk sudah memberikan kebahagiaan untuk kalian? Sungguh Ibuk tak berharap kalian menjadi anak yang sempurna. Karena yang sempurna hanyalah pemilik dunia raya.
Ibuk juga tak berani memimpikan kalian menjadi juara olimpiade internasional. Keinginan ibuk banyak, tapi itu semua sudah ibu bisikkan diam-diam ke langit. Sekarang,ibuk cuma berharap kalian berbahagia dengan apapun mimpi kalian. Kita peluk mimpi itu sama-sama ya, sayang. Nanti biar ibuk yang merayu Tuhan.
Semoga kalian nggak pernah menyesal memiliki ibuk sebagai ibu kalian, seperti juga ibuk yang berbahagia memiliki uti sebagai tempat pelipur lara saat semesta tak bisa diajak kerjasama. Dan semoga saat kalian membaca tulisan ini di ruang waktu yang berbeda — mungkin ibuk sudah penuh uban, dan berkeriput — ibuk masih ada di tengah tengah kalian ya. Ingatlah, bahwa cinta ibuk tak akan luruh digores waktu.
Maaf ya kalo ibuk belum bisa jadi ibu yang baik untuk kalian. Tapi kalian harus tau kalau ibuk berusaha menjadi yang terbaik yang bisa ibuk lakukan.
Nanti kita duduk sama sama ya, di keabadian.
Love you~