Dulu, aku tak begitu mengenalnya, karena Wawan lah, aku mengenalnya. Berawal dari janji bertemu Wawan di kantin kampus, akhirnya aku mengenalnya. Lebih dari tiga jam kita bertiga berbagi cerita. Dan, akhirnya aku dan dia menukar nomor telepon. Hubungan kami berdua semakin akrab, saling menanyakan kabar lewat telepon genggam. Hampir setiap hari, sepulang kerja dia berkunjung ke kos, untuk sekedar menikmati secangkir kopi hitam buatanku. Lalu, bercerita tentang aktivitas kami berdua masing-masing.
Sejak saat itulah perasaanku muncul untuk dia, rasa nyaman yang dia berikan kepadaku membuat hubungan kami berdua semakin dekat, kami berdua sepakat untuk berpacaran. Lima bulan kami berdua berpacaran, dia menyakikanku bahwa setelah lulus kuliah dia akan menikahiku.
Sejak saat itulah, perasaanku semakin kuat kepadanya. Rasa takut kehilangan, rasa rindu yang setiap hari menguras otakku. Akhirnya aku menjadi wanita pencemburu, rasa ingin memilikinya penuh membuat aku semakin ingin lebih tahu banyak tentangnya dan keluarganya.
Malam itu, tepat setelah dia meneleponku, memberi kabar tidak bisa menemuiku. Ini pertama kali dia membatalkan janji bertemu denganku. Ada apa? Kenapa tiba-tiba? Pertanyaan itu berputar dalam otakku. Kejenuhan membawaku membuka media social facebook, terlihat notifikasi akun facebook dia memberikan like dipostingan tulisanku. Rasa penasaran membawaku menelanjangi akun facebooknya.