Senin, 2 Mei, hari yang paling dinantikan oleh umat muslim di seluruh dunia tahun 2022. Setelah melewati 30 hari berpuasa, sampailah di puncak kemenangan, Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriyah.
Alhamdulillah kami sekeluarga, yang sedang merantau ini, masih diberikan kesempatan dan kesehatan sempurna untuk sampai di hari suci ini.
Baca about me yuk biar bisa silaturahmi.
Tahun 2022 ini, kisah perayaan Idul Fitri keluarga kami terbilang unik. Pelaksanaan Sholat Id kami, harus terpisah di dua tempat. Suami dan si sulung di Masjid Komunitas Indonesia-Berlin (indonesischer Weisheits- & Kulturzentrum e.V, IWKZ), sedangkan saya dan si bungsu di Masjid Dar Assalam milik komunitas Arab-Berlin. Kok bisa?
Cerita bermula beberapa hari sebelum tanggal 1 Syawal. Edaran google form untuk pendaftaran Sholat Id di IWKZ mulai disebarkan. Demi menjaga protokol kesehatan dan traceability, maka pembatasan jumlah kuota jamaah diberlakukan.
Untuk tahun ini, IWKZ membuka kuota jamaah sebanyak 180 orang. Meskipun jarak ke IWKZ lumayan jauh dari rumah kami, sekitar 10 km, namun bayangan bisa berkumpul sesama WNI saat lebaran, sudah pasti dinantikan.
Saya pun mulai mendaftarkan satu persatu nama dan alamat email kami semua dirumah. Dimulai dari suami saya, kemudian si sulung. Saat tiba giliran saya, ternyata kuota sudah penuh. Alhasil saya dan si bungsu tidak dapat kuota untuk melaksanakan Sholat Id di IWKZ.
Awalnya agak khawatir, saya dan si bungsu gak dapat kuota juga di masjid lainnya. Syukur Alhamdulillah, setelah mencari-cari info, justru masjid yang jaraknya paling dekat dengan rumah kamilah, yang berjodoh menjadi lokasi Sholat Id kami di tahun 2022.
Sebuah berkah karena tempat tinggal kami di salah satu pusat muslim Berlin, yaitu di Neukölln. Sehingga kami dikelilingi cukup banyak masjid yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
Masjid Dar Assalam, yang berjarak sekitar 400 m dari tempat tinggal kami, mengumumkan kalau Sholat Id tahun ini akan dilaksanakan minimal dalam dua kloter. Kloter pertama, jam 08.00 pagi waktu Berlin (Central European Summer Time, CEST), diutamakan untuk jamaah laki-laki. Sedangkan kloter kedua, jam 09.30 pagi CEST, jamaah wanita dan anak-anak dipersilahkan berpartisipasi.
Siapapun dapat mengikuti sholat tanpa perlu mendaftar terlebih dahulu. Apabila jumlah kuota di dalam masjid dirasa sudah memenuhi, maka akan dialihkan ke kloter selanjutnya.
1 Syawal pun tiba, saya dan si bungsu berangkat dari rumah jam 08.45 CEST (berarti jam 13.45 WIB), berjalan kaki sekitar lima menit. Sesampainya di Masjid Dar Assalam, kami disuguhi suasana yang agak berbeda dari biasanya saat Sholat Id di Indonesia.
Saya coba merangkum pengalaman unik nan berkesan kami, dari kedatangan hingga kepulangan, saat Sholat Id di masjid milik komunitas Arab-Berlin ini.
Disambut oleh jamaah relawan yang membagikan bingkisan permen dan cokelat di pintu gerbang masjid.
Saat sampai di Masjid, kami disambut beberapa orang relawan yang membawa kotak atau baki berisi bingkisan-bingkisan kecil. Dalam bingkisan tersebut berisi permen dan cokelat.