Kedengarannya cukup sederhana, bukan? Hobi + Cuan. Ya, di masa sekarang ini perempuan tetap harus produktif di rumah karena kebutuhan ekonomi yang meningkat dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan.
Saya, adalah salah satu dari beribu-ribu perempuan yang memanfaatkan hobi di rumah untuk menghasilkan cuan (pundi-pundi rupiah). Menulis adalah hobi saya sejak kecil, diimbangi dengan kesukaan membaca tentunya. Dari membaca buku-buku fiksi dan non fiksi sejak duduk di bangku sekolah hingga perguruan tinggi dan akhirnya memutuskan menjadi penulis di tengah gempuran kesulitan mencari kerja.
Saya sangat bersyukur, banyak hal yang akhirnya didapatkan setelahnya. Berkenalan dengan orang-orang hebat, dihargai sebagai mentoring/pemateri dalam kelas-kelas kepenulisan maupun seminar dengan bayaran yang alhamdulillah sangat memuaskan buat saya.
Di tahun 2017 diantara gempuran sosial media melalui twitter, saya sering mengikuti berbagai event, seperti : menulis surat cinta, antologi cerpen, review ataupun resensi buku. Walau saat itu yang saya dapatkan hanya hadiah berupa buku, pulsa, ataupun kesenangan dalam diri saja. Namun, dari situlah saya banyak mempelajari segala hal tentang kepenulisan yang tidak diketahui sebelumnya.
Tahun 2018 saat tsunami Banten terjadi, saya dengan ide yang sederhana mengajak teman-teman membuat proyek menulis buku untuk donasi tsunami Banten. Dari sinilah akhirnya saya membangun komunitas Sahabat Literasi dan mulai mengepakkan sayap.
Ada metode yang saya pelajari juga untuk meningkatkan produktivitas dalam karier, apalagi setelah menjadi seorang ibu rumah tangga di mana harus bisa memprioritaskan beberapa hal dari banyak hal yang akan dikerjakan. Metode matriks Eisenhower, Pada intinya, matriks eisenhower adalah metode yang dapat membantu untuk menentukan tugas dengan mengevaluasi setiap pekerjaan berdasarkan tingkat prioritasnya. Matriks ini terbagi ke dalam empat kuadran, yaitu tugas yang dikerjakan segera, dijadwalkan untuk nanti, didelegasikan, dan dihapus.
Kuadran I Kerjakan (Do)
Kuadran ini berisi tugas bersifat mendesak, penting, dan harus segera diselesaikan, biasanya yang ditugaskan pada hari yang sama. Tugas-tugas ini sering muncul secara tiba-tiba dan membutuhkan kesiapan agar tidak mengganggu pekerjaan lain.
Umumnya, tugas dalam kuadran ini memiliki konsekuensi langsung, berdampak pada tujuan jangka panjang, dan sering kali menjadi hal pertama yang terlintas di pikiran karena sifatnya menekan.
Kuadran II Jadwalkan (Schedule)
Kuadran kedua ini mencakup tugas-tugas penting namun tidak mendesak sehingga bisa dijadwalkan untuk dikerjakan nanti. Tugas ini biasanya berdampak pada tujuan jangka panjang, tetapi tidak memiliki batas waktu yang ketat.
Setelah menyelesaikan tugas mendesak di kuadran pertama, kamu dapat fokus pada tugas di kuadran ini. Untuk mengelola waktu secara efektif, kamu dapat menggunakan strategi, seperti prinsip pareto atau metode pomodoro untuk membantu penyelesaiannya.
Kuadran III Delegasi (Delegate)
Kuadran ini berisi tugas yang urgensinya tinggi, namun tidak terlalu penting sehingga dapat diserahkan kepada orang lain. Meskipun harus segera diselesaikan, tugas-tugas ini tidak berdampak langsung pada tujuan jangka panjang dan dan mungkin tidak memerlukan keahlian khusus.
Dengan mendelegasikan tugas-tugas ini kepada anggota tim lain, kamu dapat fokus pada pekerjaan yang lebih penting dan mendesak, sekaligus memberikan kesempatan bagi tim untuk mengembangkan kemampuan mereka. Pastikan untuk tetap memantau perkembangan tugas yang didelegasikan untuk memastikan kelancarannya.
Kuadran IV Hapus (Delete)
Kuadran ini berisi tugas yang tidak penting dan mendesak sehingga sebaiknya dihindari atau dihapus. Tugas-tugas ini umumnya berupa gangguan yang tidak memberikan nilai tambah dan hanya mengalihkan fokus dari tujuan utama.
Setelah mengelompokkan tugas ke tiga kuadran sebelumnya, sisa tugas yang tidak memiliki urgensi maupun kepentingan dapat dimasukkan ke dalam kuadran ini untuk diabaikan atau dihilangkan.
Dari metode inilah saya merasa banyak list-list yang bisa saya lanjutkan dan ada pula yang harus saya hilangkan atau tunda terlebih dahulu sehingga saya bisa lebih produktif dan tidak membuang-buang waktu, bahkan segala hal lebih terencana sedemikian rupa.
Kalau ditanya, sepenting itukah karier di dalam hidup saya? Tentu, saya bilang amat sangat penting. Kenapa?
Stress-nya hidup menjadi ibu rumah tangga dengan kebutuhan ekonomi yang sangat melonjak akan sedikit berkurang karena tercukupi secara materil. Finansial terjaga, maka tidur pun menjadi tenang. Apapun bisa kita beli dan tak memungkiri kalau ada yang bilang, “Uang bukanlah segalanya, tapi segalanya itu butuh uang”
Sebagai seorang ibu rumah tangga, dilema berkarier adalah meninggalkan anak di rumah dan dengan tetap produktif menjadi seorang penulis, saya masih bisa bercengkrama dengan anak juga melihat tumbuh kembangnya secara langsung. Sesekali saya mengisi acara di luar kota dan bergantian dengan suami juga orang tua dalam mengurus dan membesarkan anak.
Lantas, perlukah semua perempuan/wanita bekerja? Perlu, tapi tidak harus di kantor. Bisa diisi dengan kegiatan produktif di rumah. Jika, senang menulis seperti saya mungkin menjadi penulis bisa menjadi pilihan, yang senang memasak bisa berjualan makanan dengan hasil olahan masakannya, menjahit, melukis, dan masih banyak lagi produktivitas yang bisa kita lakukan sebagai perempuan/wanita maupun ibu rumah tangga tanpa perlu ke kantor.
Produktif, Yes!
Cari Cuan, Yes!
Tingkatkan Hobi, Sure!
Pencapaian karier yang meningkat, So pasti harus karena ini adalah tantangan.
