Seiring kita makin dewasa, kita semakin memperkaya pengalaman kita akan bersosialiasi. Ketemu beragam orang dengan beragam karakternya, membuat kita semakin yakin bahwa memang setiap orang punya karakter, pendirian dan sikap yang berbeda-beda. Serta semakin yakin bahwa semua yang terjadi benar-benar bukan tanpa makna, mau itu disadarinya belakangan atau sejak awal.
Saya pribadi banyak bertemu dengan orang-orang, yang hingga kini statusnya masih menjadi teman, ada juga sih yang menjadi rekan kerja, dan sebagainya. Yah setidaknya kalau kita berpapasan di jalan, kita bakal saling sapa meskipun di sosmed gak pernah saling mention atau bahkan saling follow.
Beberapa teman atau orang-orang yang sangat berarti dalam hidup saya, akan saya coba abadikan di tulisan kali ini, karena saya tetap harus mengapresiasi kehadiran orang di hidup saya sembari bersyukur karena telah ditakdirkan bertemu dengan mereka. Tapi maap banget, nih.. Namanya harus saya sembunyikan karena.. biar yg bersangkutan gak kegeeran wkwkk
Saya kenal sama dia itu dari forum kaskus (wow jadul banget) sekitar tahun 2009 gitu. Dia tuh punya jari tangan yang lebih aktif ketimbang mulutnya, alias lebih sering ngebacot di dunia maya ketimbang ngomong in real life. Apalagi sejak berteman juga di Twitter, makin-makin deh dia.. tiap hari bahkan tiap jam ada aja postingan dia di Twitter. Dia termasuk orang yang kasih contoh ke saya bahwa kita harus kritis akan sesuatu, jangan lengah untuk mencari tahu dan eksplor ilmu pengetahuan di manapun dan dari manapun. Yah mungkin kalian pasti punya tipe teman Si Pintar ini. Setidaknya saya jadi punya role model untuk bisa tetap menggunakan akal sehat atas kondisi apapun, jangan dikit-dikit baper (yah, saya baperan banget anaknya. Hal kecil yang mengganggu perasaan saja kadang bikin saya nangis hahaha)
Kalau ini teman dari dunia maya juga, tapi bukan dari Kaskus, melainkan dari Twitter. Waktu itu iseng-iseng aja sih dia kebetulan follow saya, dan saat itu saya pikir sebelum folback : “ah boleh deh buat nambah mutualan”. Trus ntah gimana ceritanya kita lanjut berteman dan sering ngobrol-ngobrol sampai akhirnya dia merekomendasikan buku yang dia suka, lalu akhirnya saya beli dan saya baca. Setelah saya baca buku itu, bisa dibilang persepsi saya akan segala yang terjadi pada saya jadi berubah banyak (enggak berubah total juga, sih). At least saya jadi bisa makin mengendalikan pikiran saya dan lebih bersikap tenang (walaupun sekarang masih struggle). Sebetulnya saya lebih pengen berterima kasih sama penulis bukunya, sih.. tapi kalau saya gak kenal sama dia, mungkin saya juga gak akan pernah baca buku itu. Bahkan saya gak pernah tau nama pengarang bukunya. So, i mean.. saya benar-benar berterima kasih karena ditakdirkan bertemu sama dia dan akhirnya ketemu buku “ajaib” ini. Judul bukunya Filosofi Teras. (hayoo ada yang pernah denger buku ini? pasti pada setuju juga sama saya kalau buku ini lovable banget!)
Nah kalau ini sih, udah kaya saudara. Kenal dari tahun 2011 dan masih saling kontak hingga sekarang. Mungkin yang kenal sama kita akan menganggap kita ini ada apa-apanya, tapi sebenernya kita lebih kayak abang-adek (padahal seumuran). Dia ini bisa dibilang selalu ada buat saya, tiap saya butuh nasihat seringan apapun, dia cukup bijak ngasih solusinya. Lagi-lagi, saya ditakdirkan ketemu orang-orang macam ini adalah supaya sy bisa makin bijak dan cerdas menggunakan akal sehat (wow, apakah tampaknya gw sebodoh itu sampe perlu bimbingan ? hahaha gak tau lah!). Pernah sekali waktu saya hampir putus asa karena ngalamin penyakit yang kurang mengenakkan, bikin saya benar-benar cemas dan takut sampai kalang kabut. Pesan dia yang saya pegang sampe sekarang adalah : “sudah, ga usah mendramatisir. Kalau memang itu yang harus terjadi, just let it go. Pasrah aja”. Pesan dia ini tampaknya biasa banget, ya? Tapi ternyata kalau diucapkan sama sahabat sendiri, rasanya berbeda. Kalau kamu punya sahabat, gak ada salahnya loh menyemangati dengan perkataan yang baik. Jangan malah ngejudge atau “melawan” curhatan mereka dengan sanggahan yang berkesan bahwa curhatan mereka itu sepele saja. Dia juga pernah bilang kalau hidup itu jangan hanya mau menerima yang baik-baiknya saja, tapi bagian yang buruk atau yang tidak menyenangkannya juga harus diterima. (Well, tapi saat ini Saya memutuskan mau pelan-pelan less contact saja dengan dia, karena satu dan lain hal)
Saya kenal sama dia itu di salah satu kantor tempat saya kerja. Hingga sekarang juga masih kontak-kontakan. Kalau yang ini, dia pengusaha sukses nih. Udah punya apartemen dan rumah milik sendiri. Pernah punya toko grosiran di Tanah Abang, tapi harus tutup karena pandemi :(. Walau begitu, dia selalu punya “bisnis cadangan” untuk bisa tetap bertahan. Hebat ya? Tapi tentunya yang saya bikin kagum itu dia berusaha dari nol. Dan dia itu greget banget sama orang pemalas dan kurang ambisius seperti saya hahaha.. Saya masukkan dia ke listing ini karena dia juga yang mengajarkan saya supaya jangan malas dan harus percaya diri. Saya pernah cerita juga ke dia soal kecemasan yang sering melanda saya, dia pernah bilang bahwa hal tersebut wajar, jangan merasa terbebani sendiri.. semua orang juga pernah mengalami hal yang sama. Dia juga yang hobi banget ngasih “petuah” kepada saya untuk selalu atur keuangan, harus hemat-hemat dan kalau bisa belilah rumah pakai uang sendiri. Dia juga termasuk yang menyemangati saya supaya mau rajin urus blog dan kejar cita-cita untuk mendapatkan jenjang karir yang lebih tinggi lagi, supaya impian punya rumah atau apapun untuk investasi bisa tercapai. Terlebih lagi dalam urusan bisnis, dia juga yang terus-terusan dorong saya supaya mulai usaha kecil-kecilan, jualan ini itu secara online. Kedengarannya dia money oriented banget ya? Enggak kok.. justru dia itu soleh banget orangnya, dia juga gak pernah lupa ingetin saya untuk sayang sama orang tua.
KKN adalah salah satu momen terbaik saat kuliah, selain punya banyak teman dari kegiatan organisasi (ciee mahasiswa sibuk organisasi) saya juga sangat bersyukur punya teman-teman KKN yang anehnya, karakternya kok enggak saya temukan pada teman-teman saya di organisasi, ya? Hmm mungkin karena selama saya kuliah, saya hanya menyempatkan diri berkegiatan organisasi dengan mahasiswa satu fakultas saja, jadi ketemunya ya LLLL (Lo Lagi Lo Lagi) dengan karakter yang gak jauh beda dengan mahasiswa fakultas MIPA kebanyakan, yaitu serius dan kadang acuh hahahah (canda yaa anak MIPA). Jadi saat itu saya belum pernah punya teman dari fakultas sebelah. Lalu saat KKN, saya dapetin teman-teman dari berbagai fakultas, saya jadi tahu bahwa setiap mahasiswa punya strugglenya masing-masing. Rasanya gak adil kalau kita bisa nobatkan ada satu fakultas yang paling bikin mahasiswa capek dan stress. Saya kira semua fakultas itu sama, sudah punya silabusnya masing-masing untuk menempa mahasiswanya supaya lebih giat belajar (setidaknya itu yang saya pikirkan). Nah, balik lagi dengan teman-teman KKN. Berkat mereka, saya jadi tahu kalau ternyata wajah saya sering terlihat murung dan cemberut ketimbang ceria. Berkat mereka, saya jadi tahu kalau saya gak bisa menjaga kontak mata dengan teman secara hangat, karena katanya saya jutek banget pandangannya hahaha.. jujur, saya juga gak tahu dan gak nyadar kalau saya seburuk itu. Saya heran juga kenapa dari dulu gak ada yang bilang kaya gitu sama saya? Tapi ya sudahlah, saya senang sekali diberi kesempatan untuk mengalami KKN. Thanks yaa teman-teman KKN yang gak bisa saya sebutkan satu-satu soalnya takut privasi kalian bocoorr wkwkwk. Semoga kalian sehat dan sukses semua 🙂
Nah kalau yang ini, terlalu kentara sih sebenarnya kalau saya bilang siapa dia dan apa posisi dia dalam hidup saya. Sebaiknya saya ganti kata “dia” menjadi “beliau” saja, deh. Hehe.. Beliau adalah salah seorang yang sangat representative sebagai sosok leader (bukan boss) yang sangat mengayomi rekan-rekan kerjanya. Saya belajar dari beliau bagaimana bersikap tenang tapi tetap cekatan dalam bekerja. Walaupun memang terkadang saya melihat itu sebagai suatu kekurangan beliau, karena saking baiknya beliau sampai pernah beliau kena tipu sama karyawannya sendiri 🙁 . Saya percaya, setiap orang harus punya role modelnya masing-masing dalam hidupnya, baik itu dalam hal bekerja, menjadi orang tua, dan lain sebagainya. Saya bersyukur sekali bisa berkesempatan bekerja dengan beliau.
Sebetulnya masih ada lagi beberapa orang yang bisa saya masukkan ke dalam list ini, beberapa ada yang masih saling kontak juga. Saya rasanya jadi pengen nambah teman lagi, tapi katanya semakin dewasa lingkar pertemanan akan semakin mengecil. Malah di saat dewasa seperti ini yang dikit lagi mau masuk usia angka tiga puluhan, kayaknya lebih baik perbanyak isi dompet, bukan teman :p