Judul: Mempertanggungjawabkan Iman IV: Kitab Suci dan Misteri Perkawinan serta Kehidupan Keluarga
Judul asli: Catholic for a Reason IV: Scripture and the Mystery of Marriage and Family Life
Penulis: Scott Hahn, Kimberly Hahn, dkk.
Editor: Scott Hahn & Regis J. Flaherty
Penerjemah: Tim Dioma
Penerbit: Dioma
Cetakan: 1, Juni 2008
ISBN: 978-9-79261-396-4
Tebal: 292 hlm.
Rating:
โKanon Kitab Suci dimulai dan diakhiri dengan suatu perkawinan. Dalam Kitab Kejadian, puncak kisah penciptaan adalah penciptaan laki-laki dan perempuan, Adam dan Hawa, dua insan pertama yang menjadi satu tubuh (Kej 2:23-24). Dalam Kitab Wahyu, puncak penglihatan Yohanes muncul pada akhir buku, ketika Yohanes melihat pesta di surga, yang oleh malaikat pemandunya dilukiskan sebagai โperjamuan kawin Anak Dombaโ (Why 19:9)โperayaan persekutuan antara Kristus dan Gereja-Nya.โ
Scott Hahn โ Dunia sebagai Suatu Perkawinan
Akhirnya, rampung juga aku membaca buku ini. Tadinya aku punya target untuk selesai dalam 1 bulan karena akan mendiskusikannya dalam sesi bimbingan rohani. Tapi, di tengah jalan rupanya aku butuh selingan, dan karena waktu itu aku sedang hamil trimester 1 (gejalaku dominan kelelahan dan kurang selera makan), jadilah aku perlu lebih santai.
Untungnya, buku ini memang tidak harus dibaca berurutan cover to cover. Buku ini sebetulnya merupakan kumpulan esai dari beberapa penulis. Tema besarnya, seperti tertulis di judul, adalah perkawinan Katolik, dan pembahasannya cukup komprehensif: mulai dari pentingnya persiapan perkawinan, peran imamat orang tua dalam rumah tangga, menyusui, hingga adopsi. Selengkapnya, bisa dilihat dari daftar isi di bawah ini:
Menurutku, ragam bahasan inilah yang membuat bukunya menjadi berbeda dan layak menjadi koleksi. Aku pribadi sangat menikmati Bab 5 dan Bab 12. Topik Bab 12 tentang menyusui amat jarang didiskusikan. Pembicaraan tentang perkawinan Katolik rata-rata berhenti di KBA. Padahal, topik menyusui sangat perlu untuk didalami oleh umat Katolik khususnya, sebab kita hidup di tengah kultur yang aneh: di satu sisi begitu menjunjung panggilan menjadi ibu, namun di sisi lain gelisah melihat payudara yang sedang melakukan fungsinya sebagai sumber makanan bayi. Di Bab 12, pembaca akan memperoleh tinjauan Biblis dan teologis lengkap tentang ASI dan meng-ASI-hi, tentang betapa payudara disanjung di Kitab Suci pertama-tama sebagai organ pendukung kehidupan, bukan organ pembangkit birahi lawan jenis.
Bab 6 juga krusial bagi umat Katolik masa kini. Aku perhatikan, Gereja sudah kurang menekankan peran imamat awam di dalam rumah tangga. Fenomena yang belakangan marak adalah, imam ya imam (pastur); apabila awam laki-laki ingin menjalankan fungsi imamat maka jadilah pelayan Ekaristi tak lazim (sering disebut โprodiakonโ, istilah yang hanya ada di Indonesia). Peran imamat seharusnya dijalankan lebih banyak di dalam keluarga, terutama oleh sang suami/ayah, sebab ia memiliki otoritas rohani atas istri dan anak-anaknya. Artinya, suami/ayah bertanggung jawab menampilkan sosok Allah Bapa yang tepat: โbukan tuan yang kejam, juga bukan hamba yang lembekโ (hlm. 119). Karena Allah berkehendak mewahyukan Diri-Nya sebagai Bapa, maka memang laki-laki yang paling cocok dengan tugas ini. Tugas yang sungguh agung namun jauh dari kata mudah. Jika ia gagal dalam perutusan ini, sekalipun istrinya sangat taat, iman Katolik anak bisa jadi menghadapi ancaman yang lebih besar di kemudian hari.
Buku Catholic for a Reason IV wajib mengisi rak-rak buku keluarga Katolik, dan baik juga menjadi salah satu rujukan dalam Kursus Persiapan Perkawinan. Terima kasih kepada Tim Dioma yang telah menerjemahkannya.