Sampai saat ini, menulis novel masih menjadi kegiatan favorit para penulis. Impian terbesar mereka pasti agar bisa memiliki novel sendiri dalam bentuk cetak dan terjual di toko buku besar.
Meski demikian, banyak penulis mengakui kalau menulis novel itu harus menempuh langkah yang berat dan proses yang cukup lama. Tidak semudah dan semenyenangkan kelihatannya.
Karena menulis novel tidak hanya menulis sebuah cerita. Sama seperti karya ilmiah yang sukses, novel yang menarik haruslah disusun secara sistematis, dengan plot dan penentuan tokoh yang rinci, serta kemampuan penulisan yang mumpuni.
Mulailah dengan menentukan ide atau tema besar cerita yang kuat dan solid. Juga genre yang ingin kamu usung. Kamu bisa riset cerita-cerita dari penulis lainnya yang memiliki ide cerita dan genre yang sama denganmu. Atau bisa riset dari sudut pandang pembaca juga. Tanya teman-temanmu, suka novel apa, genre apa, dan sebagainya.
Nah, ini yang kadang sering dilewatkan penulis: penggambaran karakter yang rinci dan pengembangannya.
Ciptakan karakter yang memiliki dimensi dan kompleksitas. Berikan motivasi, konflik internal, dan pertumbuhan karakter yang kaya. Ada banyak prompt pengembangan karakter, seperti membuat biodata fiktif untuk tiap karakter, pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupannya, dan pemantik-pemantik lain untuk memperkaya pengembangan karakter novelmu.
Sebelum menulis, buat terlebih dulu kerangka cerita yang sistematis dan cermat. Mulai dari bab pembukaan, inti cerita, proses dealing per karakter, sampai ending. Ini membantu memastikan kelancaran alur cerita dan mencegah kebingungan atau kekosongan dalam narasi.
Meski suatu hari nanti, dalam perjalanan menulis, ada beberapa kerangka cerita yang meleset tanpa kita duga. Namun setidaknya, dengan menulis kerangka cerita, kita tahu tujuan awal novel dan karakter cerita yang kita buat.
Sembari menyusun kerangka, pahami juga struktur naratif dalam membuat cerita. Ada pengenalan karakter, terus latar belakang kehidupan karakter, pemantik konflik, proses konflik, puncak konflik sampai penyelesaiannya. Kalau kamu bisa memahami ini dengan baik, kamu bisa dengan lebih mudah menyusun kerangka cerita dan mengembangkan karaktermu.
Gunakan deskripsi yang kuat untuk membawa pembaca ke dalam ceritamu. Pakai imajinasi yang kuat dan rinci, seolah kamu mengajak pembaca untuk bergabung juga di dalam konteks karakter dan cerita yang kamu deskripsikan. Apalagi jika kamu tambah deskripsi suasana yang dekat dan relate dengan pembaca. Misalnya, “Kantin kampus ini sudah cukup berumur. Mejanya yang terbuat dari kayu sudah tampak lapuk di bagian sudut kanannya. Satu kaki meja tidak seimbang dengan kaki meja lainnya, membuat suasana makan Karina seperti makan di roller coaster.”
Tentukan gaya bahasamu sendiri dalam bercerita. Jaga gaya bahasamu sampai akhir. Kalau formal ya formal, informal ya informal, sastrawi ya sastrawi. Pastikan tema dan gaya penulisanmu konsisten sepanjang novel. Ini bisa membantumu menciptakan branding penulis yang kokoh dan terorganisir.
Masukkan saja dialog yang sering kamu dengan sehari-hari di sekitarmu. Pakai kata-kata tambahan yang informal seperti sih, kok, kan, dan sebagainya, juga bisa. Jangan terlalu dibuat gombal, jangan terlalu dibuat datar. Sesuaikan juga gaya dialog dengan karakternya. Pastikan dialog terdengar alami dan sesuai dengan kepribadian karakter.
Jangan pernah cepat puas dengan tulisanmu. Tinjau secara berkala, edit dan revisi yang dikira masih kurang. Mungkin bisa dengan cara freezing naskah terlebih dulu. Setelah selesai menulis, diamkan tulisanmu untuk beberapa saat. Bisa 1 bulan, atau lebih. Baru kemudian, jika kamu sudah merasa siap, baca lagi tulisanmu. Pastikan tidak ada plot-hole, salah ketik, spelling error dan sebagainya. Novel yang menarik dan impactful bukan hanya dari bagusnya plot, tetapi juga bersih dari kesalahan. Proses ini membantu meningkatkan kualitas tulisan dan menghilangkan kesalahan atau inkonsistensi.
Ini yang biasanya menjadi tantangan bagi penulis: konsistensi. Sebenarnya ini bisa diterapkan dengan baik jika kita mau dan niat, haha. Buat jadwal yang rutin dengan target menulis tiap harinya. Tidak perlu banyak-banyak, semampumu saja. Jika dalam sehari hanya bisa menulis sampai 300 kata, itu tidak apa-apa. Yang penting tetap menulis setiap hari, tidak berhenti apalagi menyerah.
Mintalah umpan balik atau feedback dari orang-orang di sekitarmu. Bisa dari teman, keluarga, atau bahkan grup penulis. Beberapa platform menulis juga sering dipakai penulis untuk mencari feedback tersebut. Pandangan dari luar dapat memberikan wawasan berharga dan membantumu melihat potensi perbaikan.
Menulis novel memerlukan kesabaran dan ketekunan. Teruslah berlatih, dan jangan ragu untuk menjelajahi ide-ide baru dan menciptakan duniamu yang unik dalam novelmu. Semoga tips ini bisa membantu, dan semangat menulis!***