Di dunia yang menganut belief cepat, sigap, dan menjadi produktif adalah tentang memiliki jadwal yang padat, sibuk, mampu menyelesaikan banyak hal, dan mencapai segudang achievements, membentuk diri gue yang ga ikhlas kalau ada waktu luang dan gue ga ngapa-ngapain. Seingat gue, sejak kelas empat SD gue sudah membuat jadwal harian dan to do list. Hidup teratur dan terencana, begitu cara gue membentuk diri dan menjalani hari-hari. Ga ada ajaran atau tuntutan dari siapa pun. Gue begitu saja tumbuh seperti itu. Otodidak. Tau sendiri, belajar sendiri, coba bangun sistem sendiri sesuai tuntutan diri dan bagaimana gue mau menjalani hidup gue.
ME AS A RESULT OF MY HABITS
Gue resign dari tempat kerja enam tahun lalu setelah mengabdikan diri selama enam tahun. Gue tidak berhenti kerja karena pindah kerja ke tempat lain atau pursue any dream (or at least at that time I didn’t think that the life I’m living now was my dream). Gue benar-benar hanya ingin berhenti sejenak, beristirahat, mengendapkan pikiran, mengevaluasi diri, melihat kembali kehidupan gue dan memikirkan ulang apa yang ingin gue lakukan dengan hidup gue.
Gue memulai hari-hari sebagai pengangguran dengan sibuk mengatur ruangan dan barang-barang di tempat baru yang gue tinggali setelah tidak lagi mendapat fasilitas tempat tinggal dari tempat kerja sebelumnya. Bolak-balik gue meletakkan barang-barang dan memindahkannya ke sana-sini untuk mencari posisi yang pas. Kalau barang-barang itu cuma dipindah posisi dalam satu ruangan aja sih masih mending, tapi yang gue lakukan adalah bolak-balik naik turun memindahkan barang dari lantai satu ke lantai dua. Jika dirasa ga enak dipandang, itu barang-barang gue bawa lagi naik turun sampai dirasa mereka berada di posisi yang baik.
Setelah menghabiskan beberapa hari beres-beres rumah dan merasa cukup, gue mulai mati gaya. Gue mempunyai terlalu banyak waktu luang. Hari belum lagi beranjak siang dan gue sudah kehabisan kegiatan. Gue pun mengisinya dengan membaca sambil mendengarkan jazz. Sungguh perpaduan yang sempurna. Ini adalah bagian dari hal yang begitu ingin gue lakukan sejak lama, mengulang membaca beberapa buku yang inspiratif atau membaca buku-buku yang belum sempat disentuh semenjak beli.
Untuk memaksimalkan waktu, gue mendengarkan podcast, audiobook, atau inspiring talk sambil beberes, masak, cuci piring, atau nyikat kamar mandi. Kadang malah sambil nonton drakor atau pertandingan badminton saat cuci piring atau masak dalam layar 6 inchi HP gue. Ga bisa khusyu sih nontonnya tapi bikin melakukan chore itu jadi tidak membosankan. Skincare-an saat sehabis mandi atau cuci muka malam pun disambi nonton. Bahkan saat merasa terlalu nganggur saat nonton TV, gue bakal cari kesibukan sambil meni pedi, facial, dusting, bersihin kulkas, atau nyetrika.
Setiap hari gue melakukan semua kegiatan ini seperti hal yang telah terprogram. Mulai dari bangun tidur, gue melakukan semua kegiatan sebagai sebuah kewajiban dalam program, terkadang malah saklek banget harus selesai sesuai jadwal yang udah gue buat. Main goalnya adalah menyelesaikan semua pekerjaan dan indikatornya adalah semua to do list checked, semua pekerjaan selesai. Terdengar seperti era industrialisasi, ya? Gue dan habit pekerja gue yang hanya pindah tempat kerja dan jenis pekerjaan. Oh, how I pity myself…
THE EYE-OPENING MOMENT
Kehidupan bergulir begitu saja. Pada saat itu, hal itulah yang gue ketahui tentang bagaimana menjalani hidup. Pada saat itu, itulah sistem yang gue ketahui dan gue rasa cocok untuk gue. Gue ga mengenal apa yang disebut sebagai slow living hingga kemudian banyak terekspos mengenai gaya hidup ini melalui video di Youtube yang gue tonton saat mati gaya total selama pandemi.
“Oh, ternyata hidup itu boleh nyantai, ya? Oh, ternyata hidup itu ga perlu cepat-cepat, ya? Oh, ternyata hidup itu ga harus selalu multitask, ya?” begitu respond batin gue.
Mengetahui hal itu rasanya liberating banget. Bikin gue merasa seperti plong bisa bernafas lega. Para Youtuber itu bikin video yang bener-bener kreatif. Rasanya menenangkan, menyenangkan, menghibur, dan inspiring banget menonton video-video itu. Kegiatan yang mereka tunjukkan dalam video itu relate banget dengan kehidupan dan habit gue, hanya saja dengan perspektif lain. Perspektif baru ini yang bikin hidup gue jadi lebih menemukan arah dan maknanya.
SLOW LIVING
Slow living itu bukan hidup lelet dan bergerak selambat siput. Slow living adalah intentional living. Ini adalah tentang menjalani hidup dengan lebih sadar. Mengambil jeda, memberi perhatian, dan menikmati apa yang kita lakukan. Slow living adalah tentang melakukan hal-hal sebaik mungkin bukan secepat mungkin.