Seberapa kenal sih kamu dengan diri kamu sendiri? Apa betul kamu seseorang yang seperti dugaanmu? Lalu, kalau ditanya ‘coba deskripsikan diri kamu?’ Apa kamu bisa menjelaskan siapa diri kamu?
Kalau kamu punya prasangka pembahasan ini adalah tentang kepribadian ganda atau masalah kesehatan mental lainnya, kamu salah. Aku tidak membahas tentang kesehatan mental. Tapi aku berbagi kisahku hari ini. Menjawab pertanyaan tentang mendeskripsikan diri, aku tidak akan pernah bisa menjelaskan secara spesifik. Secara umum, untuk meng
cover kalau tiba-tiba ditanya seperti itu, jawabanku selalu sama secara
general. Aku ini orang yang disiplin, cuek, pendiam, pemalu, penyabar, konstisten, yahh yang gitu-gitu deh.
Terus, kalau ada orang yang menilai kepribadian kita, bukankan orang itu bisa menilai siapa kita? Aku rasa tidak. Entah itu melawan aturan psikolog atau tidak, karena aku tak tau dunia tersebut, aku tetap mengatakan bahwa orang lain tidak bisa menilai diri kita sendiri.
It’s just my opinion. Tapi, tentunya aku selalu menghargai orang-orang yang menilai diriku.
Terus Fe, kenapa gak bisa menilai diri sendiri? Hmm, terlalu susah. Iya jawabannya susah. Ku pikir selama ini, aku selalu merasa kepribadianku tercipta tergantung kepada siapa yang aku temui. Bukan sikap, tapi kepribadianku. Ada banyak situasi-situasi yang selama ini aku temui. Dan menempatkan diriku sesuai keadaan. Aku menyebutnya alter ego. Secara medis alter ego itu seperti ini, mengutip salah satu laman halodoc.com
“Banyak orang yang mengira kepribadian ganda sama dengan alter ego, padahal keduanya adalah hal yang sangat berbeda. Alter ego sendiri biasanya di bawah kendali seseorang dan ia bisa membawa manfaat. Sementara itu kepribadian ganda adalah gangguan kesehatan mental yang umumnya terjadi akibat trauma berat di masa lalu.”
Kalau itu secara pemahaman medis. Inget kan, aku gak akan bahas tentang masalah kesehatan. Ok jadi gini, alter ego menurutku adalah aku dan diriku. Gimana sih, bingung. Aku yang menciptakan diriku versi aku. Masih bingung?
Jadi seperti ini, aku adalah aku yang dimana setiap tindakanku, aku menyadarinya. Setiap aku bertemu orang lain, akan berbeda karakterku. Jadi, Fe ini fake? Muka dua? Nope! Big No. Apapun karakter yang aku tunjukkan, memanglah diriku. Aku tulus. Aku tetaplah aku, namun alter egoku adalah bagian ciptaanku. Aku pikir harus menciptakan alter ego demi keadaan dan situasi di sekitar. Gak ada salahnya kok menciptakannya. Kan dengan tujuan baik, agar seimbang dengan lawan bicara.
Bagaimana aku berdamai dengan alter ego? Aku tidak pernah menganggap itu berdamai, karena memang tidak ada yang perlu dilakukan. Aku mengatakannya untuk lebih mengenal setiap karakter diri, sebab itu lebih sulit dibandingkan memahami orang lain. Satu kebaikan yang aku tujukan, pasti perlakuannya berbeda-beda untuk si penerima.
Kepada siapapun yang mengenalku, terima kasih sudah mengetuk pintu dan singgah walaupun pergi tanpa berpamitan. Aku tetaplah aku bersama ciptaanku, alter ego.