Film ini benar-benar membuat saya berpikir bahwa jurnalis sekalipun, yang seharusnya mengungkapkan kebenaran—justru malah menutupnya kalau itu menyangkut orang yang bekerja di media tersebut atau mereka telah mendapat bayaran dari kasus-kasus yang tidak ingin diungkap.
Saya selalu ingat apa kaseorang penulis dan sastrawan bernama “Seno Gumira Ajidarma” dalam bukunya berjudul, “Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara.”
Jurnalisme itu terikat oleh beberapa kendala—mulai dari bisnis sampai politik untuk menghadirkan dirinya, tetapi kendala sastra hanyalah kejujurannya sendiri. Buku sastra bisa diberedel (tutup/cabut), tetapi kebenaran dan kesustraan akan selalu menyatu bersama udara, tak tergugat dan tak tertahankan.
Itu sebabnya saya semakin kuat, memperdalam ilmu sastra untuk melahirkan karya-karya terbaik, khususnya menuliskan fakta-fakta yang dibungkam.
Kembali lagi kita bahas konflik dari film ini, sejak kejadian tabrak lari itu, Maya semakin ketakutan dan semakin ketat dalam mengawasi sang anak. Dia pun menjadi cemas, khawatir Rukhsana tahu kebenaran ini dan balas dendam. Namun, dugaannya salah, wanita yang diperkirakan seusianya itu justru sangat menyayangi anaknya seperti anak sendiri, bahkan ketika Rukhsana mengetahui fakta yang sebenarnya pun—niat balas dendamnya diurungkan. Dia tidak pernah tega menyakiti Ayush yang begitu polos. Apalagi anak laki-laki itu merupakan teman bermain anaknya.
Film Jalsa ini menyuguhkan plot twist yang membuat saya sendiri sebagai penonton, terkecoh. Menebak-nebak akhir dari ceritanya akan seperti apa, ternyata memang di luar dugaan. Saya merekomendasikan film Jalsa agar ditonton semua pihak karena banyak pesan moral yang bisa dipetik. Kita ambil yang baik, lupakan yang negatif.
Kesimpulannya, apa pun masalah yang terjadi, tetap tenang dan bijak dalam mengambil keputusan. Jangan pernah takut akan kehilangan sesuatu hal karena telah mengungkap kebenaran. Mungkin beberapa orang akan menyalahkan ketika kita mengakui kesalahan, tetapi orang bijak memang harus mengakui kesalahan yang diperbuat daripada menutupi demi kepentingan pribadi dan hal tersebut malah menyakiti orang lain.
Film ini benar-benar membuat saya berpikir bahwa jurnalis sekalipun, yang seharusnya mengungkapkan kebenaran—justru malah menutupnya kalau itu menyangkut orang yang bekerja di media tersebut atau mereka telah mendapat bayaran dari kasus-kasus yang tidak ingin diungkap.
Saya selalu ingat apa kata seorang penulis dan sastrawan bernama \”Seno Gumira Ajidarma\” dalam bukunya berjudul, \”Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara.\”
Jurnalisme itu terikat oleh beberapa kendala—mulai dari bisnis sampai politik untuk menghadirkan dirinya, tetapi kendala sastra hanyalah kejujurannya sendiri. Buku sastra bisa diberedel (tutup/cabut), tetapi kebenaran dan kesustraan akan selalu menyatu bersama udara, tak tergugat dan tak tertahankan.
Itu sebabnya saya semakin kuat, memperdalam ilmu sastra untuk melahirkan karya-karya terbaik, khususnya menuliskan fakta-fakta yang dibungkam.
Kembali lagi kita bahas konflik dari film ini, sejak kejadian tabrak lari itu, Maya semakin ketakutan dan semakin ketat dalam mengawasi sang anak. Dia pun menjadi cemas, khawatir Rukhsana tahu kebenaran ini dan balas dendam. Namun, dugaannya salah, wanita yang diperkirakan seusianya itu justru sangat menyayangi anaknya seperti anak sendiri, bahkan ketika Rukhsana mengetahui fakta yang sebenarnya pun—niat balas dendamnya diurungkan. Dia tidak pernah tega menyakiti Ayush yang begitu polos. Apalagi anak laki-laki itu merupakan teman bermain anaknya.
Film Jalsa ini menyuguhkan plot twist yang membuat saya sendiri sebagai penonton, terkecoh. Menebak-nebak akhir dari ceritanya akan seperti apa, ternyata memang di luar dugaan. Saya merekomendasikan film Jalsa agar ditonton semua pihak karena banyak pesan moral yang bisa dipetik. Kita ambil yang baik, lupakan yang negatif.
Kesimpulannya, apa pun masalah yang terjadi, tetap tenang dan bijak dalam mengambil keputusan. Jangan pernah takut akan kehilangan sesuatu hal karena telah mengungkap kebenaran. Mungkin beberapa orang akan menyalahkan ketika kita mengakui kesalahan, tetapi orang bijak memang harus mengakui kesalahan yang diperbuat daripada menutupi demi kepentingan pribadi dan hal tersebut malah menyakiti orang lain.