Keluarga Mahamili memahami bahwa ilmu dunia yang bermanfaat bagi orang lain juga akan membawanya pada kebaikan di akhirat.
Dalam ilmu faraidh, Sutayta adalah salah satu pakar di dalamnya. Hingga beliau menjadi konsultan di zaman itu oleh seorang hakim, pejabat dan juga banyak masyarakat awam lainnya.
Saking cintanya dengan ilmu Faraidh, Sutayta mengembangkan ilmunya lebih jauh menjadi ilmu yang lebih luas yaitu ilmu Matematika Terapan yang bermanfaat untuk berbagai aspek kehidupan. Baik itu untuk astronomi, arsitektur, teknik sipil, dan lain sebagainya.
Selain ilmu Matematika terapan, beliau juga memperluas ilmunya menuju ilmu ukur bidang maupun ruang. Jadi beliau termasuk orang yang mengembangkan mengukur volume suatu benda, bagaimana jumlah maksimal orang yang masuk ke dalam ruangan, juga termasuk perhitungan untuk kapasitas masjid dan bagaimana pintu-pintunya harus disusun.
Dari ilmu tersebut, juga dikembangkan ilmu akustika di mana tidak ada pengeras suara. Bagaimana caranya lengkung kubah itu bisa menjadi pengeras suara sehingga suara khatib terdengar di seluruh ruangan. Pada zaman ini menjadi perhatian yang luar biasa dalam pengetahuan.
Pembuatan kubah dengan perhitungan akustika ini menjadi hal yang dikembangkan di zaman Abbasiyah, termasuk maha karyanya adalah kubah dari masjid Jami’ Al Mansur di Baghdad dengan kubah yang sangat baik perhitungannya. Hingga dikatakan ketika Imam Syafi’i berceramah di masjid Jami’ Al Mansur, sebanyak 50.000 hadirin bisa mendengar suara beliau.
Sutayta Al Mahamili-lah yang mengembangkan rumus-rumus perhitungannya untuk bangunan-bangunan dengan segala ukuran. itulah kontribusi Sutayta Al Mahamili yang luar biasa.