Pernah nggak sih baca buku yang bikin kamu berandai-andai, "Ah, kalau sekolahku kayak gini, pasti seru banget!"? Nah, itu yang aku rasakan saat pertama kali membaca Totto-chan: The Little Girl at the Window waktu kelas 8. Waktu itu, temanku membawa buku ini ke sekolah dan mengajak aku dan beberapa teman lain untuk baca bareng. Kita gantian pinjam bukunya, dan setelah selesai baca, jadi nggak berhenti ngobrolinnya. Kita nangis waktu baca bagian Yasuaki-chan, sedih banget pas Tomoe Gakuen harus tutup, dan terus mikir, "Keren banget ya kalau sekolah kita kayak sekolahnya Totto-chan, bebas dan seru gitu."
Buku ini sebenarnya based on kisah masa kecil Tetsuko Kuroyanagi, yang waktu kecilnya super aktif dan punya rasa penasaran yang tinggi sampai dia dikeluarkan dari sekolah pertamanya karena dianggap "terlalu merepotkan." Tapi, beruntung, dia malah dipertemukan dengan Tomoe Gakuen, sekolah unik yang dipimpin oleh kepala sekolah yang super baik dan open-minded, Sosaku Kobayashi. Di Tomoe, Totto-chan dan teman-temannya belajar dengan cara yang jauh berbeda yang lebih menghargai kreativitas, eksplorasi, dan individualitas setiap anak. Tapi, cerita bahagia mereka harus terputus karena Perang Dunia II, yang membuat ceritanya jadi semakin emosional.