Di ranah kecil dalam duniaku, kedewasaan bukan hadir karena kebetulan, pun bukan karena kesengajaan. Ia tumbuh perlahan—di sela-sela rutinitas yang bisa kuromantisasi dalam kesendirian. Kedengarannya berlebihan, bukan? Tapi sungguh, aku tidak pernah benar-benar merasa bosan menjalani keseharian.
Mungkin aku termasuk golongan yang disebut multipotensial, meski jika disuruh memilih satu hal yang ingin kuteriakkan dengan lantang pada dunia, jawabanku tetap: aku mencintai membaca dan menulis.
Tinggal di lingkungan yang bukan sepenuhnya kota, pun bukan betul-betul desa, membuatku enggan meninggalkan gerbang rumah. Mungkin satu-satunya alasan yang cukup kuat untuk membuat kakiku menapak ke luar hanyalah bekerja.
Sesekali ada orang yang dengan setengah bercanda berkata, “Kamu harus dipaksa keluar rumah, agar kulitmu tak pucat seperti lupa caranya menyapa matahari.”
Barangkali benar.