Namanya Lia, tapi aku lebih suka memanggilnya Mamalia. Sedangkan dia menyebutku Heloka… hehe… sapaan klise yang berawal dari ejekan namun kemudian menjadi identitas dari komunikasi kami selama ini.
Aku mengenal Lia sejak kami duduk di bangku kelas tujuh. Lalu menjadi teman akrab setelah bertemu kembali di kelas sembilan. Waktu itu, aku baru saja kehilangan cinta pertamaku. Ayah pergi untuk selamanya setelah empat bulan berjuang melawan stroke. Setahun kemudian, ibu Lia juga memutuskan menyerah pada penyakitnya.
Kami juga satu SMA. Satu kelas. Dan satu bangku. Masa putih abu-abu pun kita jalani bersama. Dia tahu perjalanan hidupku. Begitu pun aku. Hampir semua kisah hidup kami bagi bersama. Dia yang selalu ada ketika aku lelah, kecewa ataupun bahagia. Dan aku yang selalu berusaha ada di setiap momen terbaiknya.